Ekspresi Ketua DPR, Setya Novanto, ketika mendengar perolehan suara pada Sidang Paripurna pemilihan pimpinan MPR di Gedung Nusantara, Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta, 8 Oktober 2014. TEMPO/Dhemas Reviyanto
Anggota Fraksi Partai Keadilan Sejahtera yang juga menjabat Wakil Ketua DPR, Fahri Hamzah, mengakui keberhasilan itu tak lepas dari lancarnya komunikasi antar-pimpinan partai dan dukungan sebagian anggota Dewan Perwakilan Daerah.
Fahri menjelaskan, strategi pemenangan dibahas para ketua umum partai anggota Koalisi Merah Putih dengan menghitung peluang dukungan suara. Mereka menganalisis semua kemungkinan, termasuk kemungkinan mencuri suara dari fraksi di luar koalisi tersebut dan dukungan dari sejumlah anggota Dewan Perwakilan Daerah. (Baca: Tiga Taktik Koalisi Prabowo Rebut Pimpinan MPR dan Koalisi Prabowo Siap Ajukan Veto untuk 100 Posisi)
Di belakang kemenangan itu ada peran pimpinan partai, seperti Ketua Umum Golkar Aburizal Bakrie, Ketua Umum Gerindra Prabowo Subianto, dan Ketua Umum Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono. "Saya ucapkan terima kasih kepada SBY karena berkenan membuka komunikasi secara bulat sehingga kita bisa menang," ujarnya. (Baca juga yang lain: Heboh DPR Jegal Jokowi, Fahri: Jangan Paranoid!)
Koalisi pro-Prabowo merebut kursi pimpinan MPR setelah meraih 347 suara. Mereka mengalahkan kubu Jokowi yang memiliki 330 suara. Koalisi tersebut sukses mendudukkan Ketua Partai Amanat Nasional Zulkifli Hasan sebagai Ketua MPR. (Baca: Hashim: Koalisi Prabowo Akan Jadi Oposisi Aktif)
Selain Zulkifli, paket pimpinan MPR yang diajukan kubu Prabowo juga terdiri atas Mahyuddin (Partai Golkar), Evert Ernest Mangindaan (Partai Demokrat), Hidayat Nur Wahid (PKS), dan Oesman Sapta (DPD). Mereka akan memimpin MPR selama lima tahun ke depan. (Baca: Pendukung Waspadai Hambatan Pelantikan Jokowi)