Warga Indonedia di New York melakukan demonstrasi menyatakan kekecewaan mereka terhadap SBY, yang sedang berkunjung ke Amerika, terkait lolosnya RUU Pilkada tidak langsung, New York, 27 September 2014. Koleksi Khusus/Dok. TEMPO
TEMPO.CO, Jakarta - Politikus Partai Indonesia Perjuangan, Aria Bima, mengaku heran dengan sikap Presiden Susilo Bambang Yudhoyono yang kecewa dengan hasil sidang paripurna pembahasan Rancangan Undang-Undang Pemilihan Kepala Daerah. SBY juga prihatin dengan aksi walkout yang dilakukan kader partainya.
"Cuma kita enggak mengerti, SBY kecewa, marah, bahkan mau mencari dalang walkout," kata Aria seusai menghadiri diskusi "Drama Parlemen" di Cikini, Jakarta Pusat, Sabtu, 27 September 2014. "Kekagetan SBY membuat saya terkaget-kaget." (Baca: PPP: Amarah SBY Melengkapi Skenario)
Menurut Aria, tidak semestinya SBY kaget dan kecewa dengan hasil tersebut. Sebab, ada tiga perwakilan SBY dalam Rapat Paripurna DPR. Pertama dari pemerintahan yang diwakili Menteri Dalam Negeri Gamawan Fauzi. Kedua adalah Ketua Fraksi Demokrat Nurhayati Ali Assegaf. Ketiga, Sekretaris Jenderal Demokrat Edhie Baskoro.
Meski SBY kecewa, Aria melihat pemandangan yang kontras. Menteri Gamawan hanya diam saat pilkada melalui Dewan Perwakilan Rakyat Daerah disahkan. "Tidak ada komentar apa pun ketika diputuskan pilkada tidak langsung. Dia setuju saja," ujar Aria. (Baca: UU Pilkada, Warga Indonesia Demo SBY di New York)
Undang-Undang Pilkada lewat DPRD disahkan melalui voting pada Jumat lalu, 26 September. Sidang paripurna itu pun diwarnai dengan aksi walkout Demokrat lantaran sepuluh opsi yang mereka ajukan untuk pilkada langsung tidak diterima secara penuh oleh fraksi-fraksi lainnya. SINGGIH SOARES