TEMPO.CO, Jakarta - Politikus Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan atau PDIP Aria Bima tidak membantah dan membenarkan bahwa koalisi pengusung pasangan calon presiden dan calon wakil presiden Ganjar Pranowo—Mahfud Md sedang terkendala logistik dalam berkampanye di Pilpres 2024. Kendala logistik ini disebut menjadi alasan elektabilitas pasangan nomor urut 3 itu masih rendah.
“Alat peraga, ya, rakyat tidak bisa dilemahkan semacam itu. Media sekarang jadi alat peraga yang mujarab. Logistik yang kami punya aja, tapi memang tidak ada desain logistik yang dibuat dari pusat. Kami gotong royong,” kata Aria Bima kepada Tempo saat ditemui di kawasan Menteng, pada Senin, 1 Januari 2024.
Aria, yang juga Tim Penjadwalan TPN Ganjar-Mahfud itu mengatakan di tim pusat saat ini memang hanya dijatah untuk membuat desain sablon untuk didistribusikan ke daerah. Sampai di daerah, relawan di sana dipersilakan untuk mencetak. "Kalau di daerah tidak ada duit, ya, tidak usah cetak,” kata Aria Bima.
Ketika ditanya kembali soal kendala logistik, dia tidak menjawab. Aria mengatakan seluruh tim pemenangan Ganjar-Mahfud memiliki idealisme dalam pemenangan Pilpres 2024. Menurut dia, kondisi ini yang bisa menerobos kendala logistik seperti alat peraga. “Gini, lho, menyangkut idealisme untuk memenangkan Pak Ganjar bisa menerobos kendala, justru kehendak ini masyarakat atau relawan bisa menghindari dari kendala alat peraga,” kata Aria.
Wakil Ketua Tim Pemenangan (TPN) Ganjar-Mahfud Andika Perkasa mengakui penyebab elektabilitas calon presiden pasangan capres dan cawapres Ganjar Pranowo dan Mahfud Md masih rendah karena terkendala logistik di internal. Andika menyebut dalam pembuatan alat peraga kampanye (APK) pihaknya masih kekurangan.
“Kalau itu pasti (terkendala logistik). Kemampuan kami membuat APK, misalnya membuat kaus itu jauh dari jumlah pemilih. Wah jauh sekali,” kata Andika kepada Temposaat ditemui usai kegiatan Ganjar-Mahfud 45 Hari Menuju Kemenangan di Djakarta Theater, pada Sabtu, 30 Desember 2023.
Andika menyebut dalam memproduksi kaus untuk berkampanye, dari jumlah pemilih yang ada di Indonesia, TPN hanya bisa menjangkau 10 persen. “Hanya mampu 10 persen. Jadi itulah kemampuan kami sebenarnya,” kata Andika.
Meski demikian, Andika mengatakan kondisi seperti itu tidak membuat TPN Ganjar-Mahfud merasa kecil hati. Menurut dia, para pemilih tidak selalu bergantung dari pemberian kaus dari pasangan Ganjar-Mahfud. “Karena orang memilih tidak hanya didasarkan dapat atau tidaknya kaus. Kami berharap itu,” kata Andika.
Sementara itu, Andika menyebut elektabilitas pasangan Ganjar-Mahfud yang dinilai masih rendah itu perlu untuk dievaluasi berkaitan dengan skema kampanye dan kesolidan tim pemenangan. Pertemuan itu disebut sebagai upaya untuk saling menguatkan. “Semua saling mengingatkan bahwa kita hanya punya 45 hari lagi, semua harus dilakukan kalau kita mau melihat Mas Ganjar dan Pak Mahfud menang,” ujar Andika.
Sebelumnya, dalam sigi Center for Strategic and International Studies (CSIS) tingkat elektabilitas pasangan Ganjar-Mahfud hanya parkir di posisi ketiga dengan 19,4 persen. Sementara, Anies-Muhaimin 26,1 persen, Prabowo-Gibran 43,7 persen. Meski dalam survei masih terdapat 6,4 persen pemilih yang mengaku rahasia dan belum menentukan pilihan, dan 4,5 persen yang mengaku tidak tahu atau tidak jawab.
Pilihan Editor: Relawan Dianiaya Anggota TNI, Begini Reaksi Keras Ganjar Pranowo dan PDIP