Joko Widodo (kanan), pendiri Ponpes Al-Hikam Hasyim Muzadi (tengah), dan Panglima TNI Jendral Moeldoko beri sambutan pembukaan Sarasehan Nasional Ulama Pesantren dan Cendekiawan di Ponpes AL-Hikam, Depok, Jabar, 30 Agustus 2014. Tempo/Ilham Tirta
TEMPO.CO, Jakarta - Panglima Tentara Nasional Indonesia Jenderal Moeldoko mengundang tokoh organisasi Islam, Nahdlatul Ulama, dan Muhammadiyah untuk memberikan masukan kepada TNI terkait upaya menangkal peredaran Islamic State of Iraq and Syiria (ISIS) di Indonesia.
"Kami ingin mendengar masukan ahli agama dalam rangka memecahkan persoalan ISIS," ujar Moeldoko kepada peserta undangan di gedung Gatot Subroto, Markas Besar TNI, Cilangkap, Rabu, 10 September 2014. (Baca: TNI Silaturahmi dengan Tokoh Islam soal ISIS)
Menurut Moeldoko, ISIS yang hadir di Indonesia memang belum terorganisasi. Namun, semangat dan kehadiran melalui ideologi itu sudah dirasakan di Indonesia, terutama di lingkungan yang sarat akan ajaran agama Islam. "Di pesantren salah satunya," kata Panglima TNI.
Untuk itu, Moeldoko meminta masukan sekaligus izin kepada Ketua Muhammdiyah Din Syamsudin dan Ketua Nahdlatul Ulama. Moeldoko menyatakan jika ada prajurit TNI yang berada di pesantren, tugas itu adalah dalam upaya mengatasi persoalan kebangsaan. "Bukan lain-lain," ujarnya. (Baca: Inggris Mulai Luncurkan Misi Militer Hadapi ISIS)
Menurut Moeldoko, cara ini merupakan langkah konkret TNI untuk menghindarkan generasi mendatang dari kegiatan yang bersifat radikal. "TNI tidak bisa berbuat banyak tanpa kerja sama," katanya.
Din Syamsudin menyambut baik upaya TNI yang ingin memberantas ISIS. Menurut Din, ISIS di Indonesia kini berkembang melalui ideologi. Oleh sebab itu, kata Din, perlu ada ideologi kebangsaan yang kuat untuk meredam ISIS. "Kami mendukung sikap TNI," katanya.