Wakil Presiden Republik Indonesia, Boediono tiba untuk memberi kesaksian dalam sidang lanjutan kasus Bank Century di Pengadilan Tindak Pidana Korupsi (Tipikor), Jakarta Selatan (9/5). Boedionoakan bersaksi untuk terdakwa Budi Mulya.TEMPO/Dhemas Reviyanto
TEMPO.CO, Jakarta - Wakil Presiden Boediono bertemu dengan Tim Transisi Joko Widodo-Jusuf Kalla seorang diri, tanpa didampingi menteri Kabinet Indonesia Bersatu II. Pertemuan akan berlangsung di kantor Wakil Presiden, Jalan Merdeka Utara, pukul 14.00 WIB.
"Wapres hanya merespons permintaan Tim Transisi untuk berkunjung," kata juru bicara Wakil Presiden, Yopie Hidayat, melalui pesan pendek, Selasa, 2 September 2014. (Baca: Bertemu TimTransisi, Pemerintah Tak Bahas BBM)
Ia menyatakan Boediono tak melakukan persiapan untuk pertemuan dengan Tim Transisi. Tak ada agenda khusus yang akan dibicarakan antara Boediono dan Tim Transisi. (Baca: Tim Transisi Temui Menko Perekonomian Besok)
Pertemuan ini, menurut Yopie, adalah bentuk tangan terbuka Boediono sebagai wakil presiden yang bersedia membantu peralihan pemerintahan. Boediono berharap pemerintahan dapat berjalan lancar, tertib, dan membawa manfaat bagi masyarakat. (Baca juga: Jokowi-JK Naikkan Harga BBM, Buruh Siap Unjuk Rasa)
Tim transisi yang akan hadir adalah Rini Soemarno, Andi Widjajanto, Anies Baswedan dan Hasto Kristiyanto. Menurut Wakil Ketua Tim Transisi Andi Widjajanto, pertemuan itu akan membahas masalah kemiskinan dan program penanggulangannya. Untuk mengatasi masalah kemiskinan selama pemerintahan Jokowi-Kalla, Tim Transisi ingin berkomunikasi dengan Boediono mengenai program kemiskinan apa yang sudah disiapkan selama Oktober-Desember 2014.
"Terutama bila ada dampak peningkatan kemiskinan, kalau ada asumsi ekonomi makro yang diubah Jokowi-Kalla," katanya.
Masalah kemiskinan yang akan dibahas dengan Boediono, kata Andi, termasuk dampak sosial jika terjadi kenaikan bahan bakar minyak (BBM). Tim Transisi juga akan membahas simulasi kenaikan BBM dalam kisaran Rp 500-3.000 terhadap melonjaknya jumlah penduduk miskin.
"Kami juga menghitung kelompok mana dan jumlah penduduk yang terkena dampak sehingga angka kemiskinannya naik. Selain itu, bila angka kemiskinan naik, jenis kebutuhan pokok apa saja yang paling berpengaruh," kata Andi.
