Refly Harun Komentari Kesalahan dalam Gugatan ke MK

Reporter

Editor

Budi Riza

Kamis, 7 Agustus 2014 05:57 WIB

Refly Harun. Tempo/Tony Hartawan

TEMPO.CO, Jakarta - Ahli hukum tata negara, Refly Harun, mengatakan tidak akan ada perubahan yang signifikan pada bukti dan saksi yang akan diajukan oleh tim advokasi Prabowo Subianto dan Hatta Rajasa dalam persidangan di Mahkamah Konstitusi.

Menurut dia, kubu Prabowo-Hatta hanya akan melakukan perbaikan redaksional terhadap berkas gugatan. "Mereka (kubu Prabowo-Hatta) kemungkinan besar hanya mereorganisasi bukti yang telah mereka miliki ," katanya ketika dihubungi Tempo, Rabu, 6 Agustus 2014.

Menurut dia, hingga saat ini belum pernah ada pemohon yang bisa memenangi sidang gugatan hasil pemilihan presiden di Mahkamah Konstitusi. Alasannya, pemohon biasanya kesulitan membuktikan adanya kecurangan yang terstruktur, sistematis dan masif dalam tahapan pemilu. (Baca: Hakim MK Bingung 3 Istilah dalam Gugatan Prabowo)

Rabu, 6 Agustus 2014, merupakan hari pertama sidang perselisihan hasil pemilihan umum presiden dan wakil presiden. Dalam sidang perdana yang dihadiri oleh Prabowo-Hatta ini, anggota majelis hakim konstitusi, Ahmad Fadlil, mengatakan ada lima kesalahan umum dalam berkas gugatan Prabowo-Hatta.

Kesalahan tersebut meliputi kekeliruan dalam penulisan nomor dan angka, pembuatan kalimat tidak efektif, kerancuan penyebutan provinsi (seperti Sumatera Selatan atau Sumatera Barat dan Bengkulu atau Bangka Belitung), tidak ada rincian atas gugatan yang dimaksud dan undang-undang yang dilanggar, serta tidak detail menjabarkan apa yang dimaksud terstruktur, sistematis, dan masif. (Baca: MK Koreksi Permohonan Gugatan Prabowo-Hatta)

Menurut Refly, adanya kesalahan dalam teknis penulisan atau redaksional merupakan hal yang wajar. Sebab, pihak pemohon biasanya berfokus pada batas waktu yang diberikan oleh MK. Namun, dalam konteks gugatan hasil pemilihan presiden, kekurangan-kekurangan itu dinilai sangat tidak wajar. "Ini menunjukkan ketidakprofesionalan mereka (kubu Prabowo-Hatta)," katanya.

Menurut Refly, sangat sulit membuktikan kecurangan yang terstruktur, sistematis, dan masif. "Mobilisasi yang mereka (kubu Prabowo-Hatta) ungkapkan tidak jelas. Mereka juga belum tentu bisa membuktikannya pada saat sidang nanti," ujar Refly.

Selain itu, klaim bukti-bukti gugatan kubu Prabowo-Hatta yang selalu berubah-ubah, kata Refly, juga menunjukkan kelemahan. Bukti-bukti gugatan yang selalu berubah-ubah juga merupakan salah satu upaya untuk meyakinkan hakim MK bahwa terjadi kecurangan yang terstruktur, sistematis dan masif. Padahal klaim adanya kecurangan itu baru akan diuji dalam persidangan.

Refly juga meyakini Komisi Pemilihan Umum, selaku pihak termohon dalam persidangan, tidak memiliki kepentingan apa pun. "Yang berkepentingan sudah pasti kedua kandidat yang bersaing," ujarnya.

GANGSAR PARIKESIT

Topik terhangat:


Arus Mudik 2014 | MH17 | Pemilu 2014 | Ancaman ISIS

Berita terpopuler lainnya:
Ainun Najib: Next Project, Kawalpilkada.org
Google Tarik Game 'Bomb Gaza,' Dianggap Provokatif
Juru Parkir Liar di Kota Tua Raup Rp 2 Juta Sehari









SHARE: Facebook | Twitter















Advertising
Advertising

Berita terkait

Saat Hakim MK Pertanyakan Caleg PKB yang Cabut Gugatan ke PDIP

18 jam lalu

Saat Hakim MK Pertanyakan Caleg PKB yang Cabut Gugatan ke PDIP

Kuasa hukum mengaku mendapat informasi pencabutan itu dari kliennya saat sidang MK tengah berlangsung.

Baca Selengkapnya

PKB Ajukan Gugatan Sengketa Pileg karena Kehilangan Satu Suara di Halmahera Utara, Ini Alasannya

1 hari lalu

PKB Ajukan Gugatan Sengketa Pileg karena Kehilangan Satu Suara di Halmahera Utara, Ini Alasannya

Dalam sidang sengketa Pileg, PKB meminta KPU mengembalikan suara partainya yang telah dihilangkan.

Baca Selengkapnya

PPP Minta Dukungan PKB di Sidang Sengketa Pileg, Muhaimin Siapkan Ini

1 hari lalu

PPP Minta Dukungan PKB di Sidang Sengketa Pileg, Muhaimin Siapkan Ini

PPP menyatakan gugatan sengketa Pileg 2024 dilayangkan karena menilai ada kesalahan pencatatan suara di KPU.

Baca Selengkapnya

PPP Akui Rencana Pertemuan dengan Prabowo dalam Waktu Dekat

1 hari lalu

PPP Akui Rencana Pertemuan dengan Prabowo dalam Waktu Dekat

PPP mengkonfirmasi pihaknya akan menemui Prabowo Subianto usai pilpres 2024 selesai. Namun PPP menegaskan arah politiknya akan dibahas dalam Rapimnas.

Baca Selengkapnya

PPP Akan Bahas Arah Politik Pasca Pilpres 2024 dalam Rapimnas

1 hari lalu

PPP Akan Bahas Arah Politik Pasca Pilpres 2024 dalam Rapimnas

Pilpres 2024 baru saja selesai, PPP belum menentukan arah politiknya karena masih fokus untuk sengketa pileg di MK.

Baca Selengkapnya

Bagaimana Peluang PPP Lolos ke Senayan Berbekal Gugatan ke MK?

1 hari lalu

Bagaimana Peluang PPP Lolos ke Senayan Berbekal Gugatan ke MK?

Pengamat politik menanggapi mengenai peluang PPP mendapatkan kursi DPR RI lewat permohonan sengketa pemilu ke MK.

Baca Selengkapnya

Ketua MK Pertanyakan Perbedaan Tanda Tangan di Dokumen Pemohon Sengketa Pemilu

2 hari lalu

Ketua MK Pertanyakan Perbedaan Tanda Tangan di Dokumen Pemohon Sengketa Pemilu

Ketua MK Suhartoyo mengungkapkan ada tanda tangan berbeda dalam dokumen permohonan caln anggota DPD Riau.

Baca Selengkapnya

Gugat Hasil Pemilu ke MK, Caleg PAN Soroti Oligarki Partainya

2 hari lalu

Gugat Hasil Pemilu ke MK, Caleg PAN Soroti Oligarki Partainya

Caleg petahana DPR RI dari PAN, Sungkono, menyoroti oligarki dalam tubuh partainya lewat permohonan sengketa pileg.

Baca Selengkapnya

Sederet Fakta Sidang Perdana Sengketa Pileg di MK, Beda Posisi Anwar Usman dan Arsul Sani

2 hari lalu

Sederet Fakta Sidang Perdana Sengketa Pileg di MK, Beda Posisi Anwar Usman dan Arsul Sani

MK menggelar sidang perdana sengketa pileg DPR RI, DPRD provinsi, DPRD kabupaten atau kota, dan DPD RI hari ini. Berikut sederet faktanya.

Baca Selengkapnya

Ada Pemohon Sengketa Pileg Tak Hadir di MK, Saldi Isra: Berarti Tidak Serius

2 hari lalu

Ada Pemohon Sengketa Pileg Tak Hadir di MK, Saldi Isra: Berarti Tidak Serius

Hakim MK Saldi Isra menegur sejumlah pemohon sengketa pileg yang tidak hadir dalam sidang pada hari ini.

Baca Selengkapnya