Seorang anak yang juga calon penumpang terpaksa pulang setelah penerbangan dibatalkan akibat asap kebakaran di Bandara Sultan Syarif Kasim II, Pekanbaru (12/3). Sebanyak 16 maskapai yang tergabung menghentikan seluruh penerbangan ke Bandara Pekanbaru hingga tanggal 15 Maret akibat pekatnya asap kebakaran di Provinsi Riau untuk menghindari kerugian dan demi keselamatan penerbangan. ANTARA/FB Anggoro
TEMPO.CO, Jakarta - Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menyatakan pemerintah jangan menjadi seperti pemadam kebakaran hutan tiap tahun di Sumatera dan Kalimantan. Pemerintah, ujar SBY, harus memikirkan jalan keluar agar kebakaran hutan tak terulang. "Asap harus hilang, api harus padam," kata SBY di kantornya, Rabu, 19 Maret 2014. (Baca: Hutan Terbakar, SBY Panggil Pengusaha Pemegang HPH)
Hal tersebut juga disampaikan Menteri Koordinator Kesejahteraan Rakyat Agung Laksono bahwa pemerintah menargetkan pemadaman kebakaran di Riau dalam tiga minggu. Kondisi di Riau sendiri, menurut dia, sudah cukup kondusif karena indeks polusi udara mencapai 60-90 ISPU.
Selain menyelesaikan kebakaran, Agung mengklaim sedang mempersiapkan tindakan antisipasi kebakaran hutan yang kerap terjadi pada musim kemarau. Pemerintah akan menambah armada penanganan kebakaran hutan pada April-Juni mendatang.
Meski tak detail, Agung memaparkan, pemerintah akan menambah jumlah pesawat water bombing dan menyewa sepuluh pesawat amfibi dari Rusia. Bahkan pemerintah juga berniat membeli dua jenis pesawat tersebut sebagai antisipasi cepat.
Kepemilikan dua jenis pesawat tersebut, menurut Agung, penting berdasarkan besarnya potensi kebakaran hutan di empat wilayah Sumatera dan empat wilayah Kalimantan saat musim kemarau. Armada ini diklaim menambah kekuatan satuan tugas kebakaran hutan Riau.
Kepala Kepolisian Jenderal Sutarman sendiri mengklaim telah menangkap sekitar 65 tersangka dan sebuah perusahaan, PT NSP, yang diduga sebagai dalang pembakaran hutan dan lahan di Riau. Para tersangka ini telah diamankan dan menjalani proses hukum di Kepolisian Daerah Riau. "Ini diharapkan dapat membuat jera," kata Sutarman.