Sejumlah warga berusaha naik ke mobil pick up untuk mengungsi dari Desa Payung yang terkena dampak debu vulkanik erupsi Gunung Sinabung, Karo, Sumut, Rabu (8/1). Sedikitnya 22.145 warga mengungsi akibat erupsi Gunung Sinabung. ANTARA/Irsan Mulyadi
TEMPO.CO, Jakarta - Pakar Vulkanologi dari Institut Teknologi Bandung I Gusti Bagus Eddy Sucipta mengatakan sifat debu vulkanik adalah tajam ibarat pecahan gelas kaca (silika). Debu tajam tersebut memang tak bisa diamati dengan mata telanjang."Jika dihirup dan mengendap dalam paru-paru, seseorang bisa terjangkit penyakit pernapasan akut yakni silikosis," kata Bagus Eddy saat dihubungi Tempo, Jumat, 14 Februari 2014.
Bahkan, lanjut Bagus Eddy, bagi seseorang dengan daya tahan tubuh lemah bisa pingsan seketika saat tak sengaja menghirupnya. Oleh sebab itu, kata dia, seseorang yang berada di sekitar letusan gunung harus memakai masker. Penutup hidung yang dipakai pun dianjurkan memenuhi standar. "Besarannya kalau bisa sekitar 10 mikron."
Sebelumnya, Gunung Kelud di Kediri, Jawa Timur, meletus pada Kamis, 13 Februari 2014, sekitar pukul 22.50 WIB. Letusan ini hanya berselang beberapa menit setelah Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) mengumumkan status awas atas gunung tersebut.
Badan Geologi merekomendasikan pemerintah daerah mengevakuasi warga dalam radius 10 kilometer dari puncak Gunung Kelud. Hingga saat ini, kontak terhadap petugas di Pos Pemantauan Gunung Kelud masih terputus. Belum diketahui pasti berapa jumlah kegempaan dan suhu air kawah saat ini.