Di Tahanan, Aktivis Malari Diejek Antek Orde Baru  

Reporter

Rabu, 15 Januari 2014 14:38 WIB

Ilustrasi. azpenalreform.a

TEMPO.CO, Jakarta - “Bakar, bakar! Ini dia tukang bakar Jakarta!” Celotehan sarkastis itu diterima Gurmilang Kartasasmita pada hari pertama menginjakkan kaki di Rumah Tahanan Militer Boedi Oetomo, Jakarta Pusat, Juni 1974. Seingatnya, celotehan itu keluar dari mulut sebagian anak muda tahanan politik Gerakan 30 September yang lebih dulu menjadi penghuni di sana.

"Meski tak terlalu saya hiraukan, sapaan selamat datang itu cukup membekas karena tuduhannya terlontar dari sesama pesakitan,” kata Miang--panggilan akrab Gurmilang--saat berdiskusi di kantor Tempo, pertengahan November tahun lalu.

RTM Boedi Oetomo merupakan hotel prodeo ketiga, sekaligus terakhir, bagi Miang. Sebelumnya, mahasiswa kedokteran Universitas Indonesia itu sempat dikerangkeng di Gang Buntu--tahanan milik intelijen di Kebayoran Lama, Jakarta Selatan--dan Rumah Tahanan Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kejaksaan Agung di Ragunan, Jakarta Selatan. "Total lama penahanan saya 22 bulan. Belakangan hanya dijadikan saksi untuk kasus Hariman Siregar. Saat itu saksi ikut ditahan. Memang aneh,” ujarnya.

Penahanan di Boedi Oetomo juga menyisakan kesan mendalam bagi tahanan politik Malari lainnya, seperti Dorodjatun Kuntjoro-Jakti. Setelah digeledah dan dilucuti--arloji dan ikat pinggang dirampas--di kantor depan rumah tahanan, Dorodjatun digiring melewati lorong gelap. Setelah melalui beberapa kamar tahanan, ia juga mendengar ejekan.

“Nah, ini dia Raiders Orde Baru masuk!” kata Dorodjatun menirukan suara para pengejek, seperti dituturkannya dalam buku Hariman & Malari. Ejekan itu disusul gaduhnya dentangan suara gembok besi yang dibentur-benturkan ke jeruji tahanan. Riuh sekali, padahal saat itu sudah lewat tengah malam.

Pagi 17 Januari 1974, Dorodjatun baru sadar bahwa ia ditempatkan di blok tahanan politik tragedi 1965 yang berasal dari berbagai latar belakang. Mereka campuran sipil dan militer, dari serdadu TNI dan polisi hingga anggota Central Comite dan Comite Daerah Besar PKI. Dorodjatun bebas pada April 1976. “Pesannya mungkin mau meneror kami, para tahanan politik Malari, bahwa sehebat apa pun aksi kami di masa lalu, kini kami bernasib sama dengan para anggota PKI dan anteknya di mata Orde Baru. Kami sudah dianggap musuh,” katanya. (Baca juga: Cerita Bengal Pesakitan Malari)


TIM TEMPO | SANDY INDRA P




Berita terkait
Jakarta Masih Banjir, Apa Penjelasan Jokowi?
Hot Island" Picu Banjir Jakarta
5 Jurus Mengantisipasi Banjir di Jakarta
Ini Sebab Jakarta Utara Relatif Bebas Banjir




Advertising
Advertising

Berita terkait

Profil dan Kontroversi Tien Soeharto: Kisah Perjalanan Seorang Ibu Negara

21 hari lalu

Profil dan Kontroversi Tien Soeharto: Kisah Perjalanan Seorang Ibu Negara

Tien Soeharto memiliki profil yang kompleks, seorang ibu negara yang peduli hingga terlibat dalam berbagai kontroversi yang mengiringi masa pemerintahan suaminya.

Baca Selengkapnya

Sejarah Hari Ini, Kilas Balik Kematian Ibu Tien Soeharto 28 Tahun Lalu

22 hari lalu

Sejarah Hari Ini, Kilas Balik Kematian Ibu Tien Soeharto 28 Tahun Lalu

Walaupun telah meninggal, mendiang Ibu Tien Soeharto tetap dikenang dalam perjalanan sejarah bangsa.

Baca Selengkapnya

Tokoh Peristiwa Malari 1974: Hariman Siregar, Adnan Buyung Nasution, Sjahrir, hingga Rahman Tolleng

15 Januari 2024

Tokoh Peristiwa Malari 1974: Hariman Siregar, Adnan Buyung Nasution, Sjahrir, hingga Rahman Tolleng

Tepat 50 tahun lalu, 15 Januari 1974, Jakarta diamuk massa. Peristiwa ini disebut Malari. Siapa saja tokoh yang terlibat?

Baca Selengkapnya

50 Tahun Peristiwa Malari, Salah Satu Ikon Demonstrasi Mahasiswa

15 Januari 2024

50 Tahun Peristiwa Malari, Salah Satu Ikon Demonstrasi Mahasiswa

Pada 15 Januari 1974 atau 50 tahun lalu terjadi Peristiwa Malari, akronim dari Malapetaka Lima Belas Januari. Salah satu ikonik demonstrasi mahasiswa

Baca Selengkapnya

Kisah Devaluasi Rupiah: 45 Tahun Lalu Merosot dari Rp 415,00 menjadi Rp 625,00 per Dolar Amerika

16 November 2023

Kisah Devaluasi Rupiah: 45 Tahun Lalu Merosot dari Rp 415,00 menjadi Rp 625,00 per Dolar Amerika

Keputusan devaluasi itu berdampak yang luas terhadap kondisi ekonomi negara dan memberikan pelajaran berharga bagi pemerintah dan pelaku ekonomi.

Baca Selengkapnya

Jejak Langkah Politik Partai Golkar: Pasca Reformasi Kian Menurun

5 Agustus 2023

Jejak Langkah Politik Partai Golkar: Pasca Reformasi Kian Menurun

Berikut jumlah kursi yang diperoleh Partai Golkar dari Pemilu 2009, 2014, dan 2019 yang semakin menurun. Bagaimana prospek di Pemilu 2024?

Baca Selengkapnya

TMII Diresmikan 48 Tahun Lalu, Berikut Kilas Balik Proyek Wisata Bertema Budaya Indonesia

21 April 2023

TMII Diresmikan 48 Tahun Lalu, Berikut Kilas Balik Proyek Wisata Bertema Budaya Indonesia

Digagas sejak Maret 1970, pembangunan proyek TMII dimulai pada tahun 1972 dan diresmikan pada tanggal 20 April 1975 atau 48 tahun silam.

Baca Selengkapnya

Kisah Malari 49 Tahun Lalu: Kejanggalan Sidang, Jerat Antisubversi hingga Rivalitas 2 Jenderal

16 Januari 2023

Kisah Malari 49 Tahun Lalu: Kejanggalan Sidang, Jerat Antisubversi hingga Rivalitas 2 Jenderal

Pasca Malari aparat menahan 775 orang termasuk aktivis mahasiswa dan cendikiawan seperti Hariman Siregar, Sjahir, Yap Thiam Hien hingga Rahman Tolleng

Baca Selengkapnya

Peristiwa Malari 1974: Demonstrasi Tolak Kunjungan PM Jepang Kakuei Tanaka Berujung Rusuh

15 Januari 2023

Peristiwa Malari 1974: Demonstrasi Tolak Kunjungan PM Jepang Kakuei Tanaka Berujung Rusuh

Peristiwa Malari adalah demonstrasi mahasiswa dan kerusuhan sosial menolak kedatangan PM Jepang Kakuei Tanaka ke Indonesia pada 15 Januari 1974.

Baca Selengkapnya

29 Tahun Komnas HAM: Sosok Ali Said, Ketua Komnas HAM yang Aneh di Era Soeharto

7 Juni 2022

29 Tahun Komnas HAM: Sosok Ali Said, Ketua Komnas HAM yang Aneh di Era Soeharto

Pada saat yang sama Soeharto menunjuk pensiunan Ketua Mahkamah Agung RI, Ali Said, untuk menyusun Komisi tersebut dan memilih para anggota Komnas HAM.

Baca Selengkapnya