Mantan Ketua Umum Partai Demokrat Anas Urbaningrum sempat menolak keras tuduhan keterkaitan dirinya dalam kasus korupsi proyek pembangunan stadion dan sekolah olahraga di Bukit Hambalang, Sentul, Bogor, Jawa Barat. Ia berkomentar "Kalau ada satu rupiah saja Anas korupsi Hambalang, gantung Anas di Monas," di kantor Dewan Pimpinan Pusat Partai Demokrat, 9 Maret 2012 silam. TEMPO/Suryo Wobowo
Lobi-lobi itu, kata Rosa, bermula saat Nazar mengetahui akan ada dua proyek besar di Kementerian Pemuda dan Olahraga, yakni Hambalang dan Wisma Atlet SEA Games Palembang. Nazar lalu memberitahukan hal itu kepada PT Adhi Karya dengan harapan bisa berkongsi. Untuk mempermudah kerja sama, Rosa disuruh berkomunikasi dengan anggota staf pemasaran Adhi Karya, Arif dan Ida Bagus.
Namun, di tengah jalan, rupanya Adhi Karya ingin mendapatkan proyek itu sendirian. Dari Arif, Rosa tahu bahwa mereka melobi para petinggi. "Katanya, dia masuk lewat jalur satu dan lewat jalur di atas bosmu," kata Rosa saat bersaksi untuk terdakwa Deddy Kusdinar di Pengadilan Tindak Pidana Korupsi Jakarta, Selasa, 3 Desember 2013.
Saat Arif mengatakan hal itu, Rosa mengaku langsung mengerti orang yang dimaksud jalur di atas bosnya itu. Menurut dia, sosok itu adalah atasan Nazar, Anas. "AU, Anas Urbaningrum," ujarnya dengan suara lirih.
Menurut Rosa, Adhi Karya akhirnya mendapatkan pekerjaan tersebut bersama-sama dengan PT Wijaya Karya. Sedangkan perusahaan Nazar tak mendapatkan apa-apa meskipun telah memberikan uang pemulus Rp 10 miliar kepada sejumlah pihak.