TEMPO.CO, Bandung- Ratusan pegawai Tata Usaha (TU) Honorer yang tergabung dalam Forum Tatausaha Honorer Sekolah (FTHS) Kota Bandung, berunjuk rasa di halaman depan gedung DPRD Kota Bandung, Jalan Aceh, Kota Bandung, Kamis sore, 19 September 2013. Mereka menuntut tenaga tatausaha honorer diangkat statusnya menjadi pegawai negeri sipil (PNS).
"Selama 10 tahun terakhir, tidak ada penerimaan calon PNS bagi pegawai tata usaha sekolah," kata Ketua FTHS Dodi Sadikin, kepada Tempo disela aksinya. Kamis, 19 September 2013.
Dodi menjelaskan, berdasarkan amanat UU no 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional pasal 39 ayat 1 mengamanahkan tenaga pendidikan bertugas melaksanakan administrasi, pengelolaan, pengembangan dan pelayanan teknisi untuk menunjang proses pendidikan.
Selanjutnya pada pasal 40 ayat 1 disebutkan, pendidik dan tenaga pendidik berhak memperolah penghasilan dan jaminan kesejahteraan sosial yang pantas dan memadai. "Tapi faktanya, undang-undang itu tidak dilaksanakan," ujarnya.
Selain, insentif pegawai TU juga belum sesuai dengan peraturan UMR Kota Bandung. Mereka rata-rata dibayar antara Rp 500 ribu hingga Rp 1 juta per bulan. "Bahkan pegawai TU SD dan SMP dibayar per 3 bulan, karena harus menunggu cairnya BOS (bantuan oprasional sekolah)," kata Dodi.
Ketua Komisi D DPRD Bandung Ahmad Nugraha dan Wakil Ketua Komisi D Teddy Rusmawan menerima para pengunjuk rasa untuk berdiskusi di ruang rapat gedung DPRD kota Bandung.
Menurut Ahmad, masih banyaknya pegawai TU honorer yang tidak terdaftar pada calon PNS kategori 2. Padahal banyak dari mereka yang sudah bekerja lebih dari 10 tahun. "Mereka seharusnya terdaftar dalam CPNS kategori 2. Dia pun berharap BKD segera mendata dan ikut memperjuangkan para pegawai TU hononrer ini.
PERSIANA GALIH
Berita terkait
Guru Retno Listyarti Gugat Kepala Dinas DKI
16 September 2015
'Ini adalah cara terakhir yang bisa saya tempuh untuk memulihkan nama baik dan reputasi saya,' kata Retno Listyarti
Baca SelengkapnyaRibuan Guru Honorer Ancam Mogok Mengajar
22 Maret 2015
Sekitar 1.000 guru tidak tetap di Purbalingga mengancam akan mogok mengajar dan menuntut kenaikan honor mengajar.
Baca SelengkapnyaSerikat Guru: Dirjen Guru Jangan Hanya Urus Gaji
9 Februari 2015
Di Singapura, kata Retno, seorang guru pendidikan dasar mendapat pelatihan mengajar hingga 100 jam per tahun.
Baca SelengkapnyaPemerintah Diminta Perhatikan Nasib Guru TIK
6 Mei 2013
Dalam kurikulum baru, pelajaran TIK akan dihilangkan.
Baca SelengkapnyaTelat Gajian, Guru Datangi Dinas Pendidikan
8 April 2013
Keterlambatan itu diakibatkan adanya guru yang meminjam uang ke bank melebihi pendapatannya.
Baca SelengkapnyaMimpi 70 Persen Guru Honorer Kandas
7 Maret 2012
Hanya 30 persen dari 650 ribu guru honorer bakal diangkat menjadi pegawai negeri
Baca SelengkapnyaPGRI Minta Standar Gaji Guru Honorer
30 November 2011
"Kami berharap guru honorer diangkat, tapi itu berat," kata Ketua PGRI.
Baca SelengkapnyaTutor Bimbel Ancam Geser Jam Ajar Guru di Sekolah
18 Oktober 2011
Asal mula masuknya bimbel ke sekolah pun tak sepenuhnya jelas. Entah ajakan sekolah atau lembaga bimbel yang mengajukan proposal.
Baca SelengkapnyaHonor Minim, Guru TK Swasta di Madiun Tuntut Kesejahteraan
15 Oktober 2010
Selain menuntut kesejahteraan, mereka juga berharap diangkat sebagai pegawai negeri sipil (PNS).
Baca SelengkapnyaGuru Madrasah di Bojonegoro Protes Ketimpangan Kesejahteraan
24 Agustus 2010
Dengan kemampuan akademik yang sama, namun penghasilan yang didapat guru sekolah swassta, seperti madrawas, dibandingkan dengan guru sekolah negeri, sangat timpang.
Baca Selengkapnya