Ruang kerja ketua fraksi Partai Golkar, Setya Novanto digeledah oleh penyidik KPK terkait masalah dugaan korupsi Biaya pembangunan Arena Menembak PON Riau di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, (19/3). TEMPO/Imam Sukamto
Dia menunggui penggeledahan, sembari duduk bersama beberapa staf di ruang sekretariat fraksi. Di sana, para penyidik mondar mandir mengumpulkan data-data yang dibutuhkan. "Bapak cuma duduk saja, tak ada ditanya-tanya," kata staf Setya, Isabella. Setya pun juga ikut makan siang bersama staf. "Kami makan nasi kotak."
Sekitar pukul 16.50, Setya dan enam penyidik KPK meninggalkan ruangan fraksi. Namun para wartawan yang menunggu tak berhasil mendapat komentar dari Setya. Pasalnya, Setya turun lewat tangga darurat pada saat para wartawan sibuk memburu dan mengamati penyidik.
Suap ini terbongkar saat KPK mencokok tujuh anggota DPRD Riau bersama uang suap Rp 900 juta, 3 April 2012. Namun hanya dua di antaranya menjadi tersangka bernama M. Faizal Azwan dari Partai Golkar, dan M. Dunir dari Partai Kebangkitan Bangsa.
Kepala Seksi Pengembangan Sarana Prasarana Dinas Pemuda dan Olahraga Eka Darma Putra, dan Manajer Pemasaran PT Pembangunan Perumahan, Rahmat Syaputra, ikut tertangkap. Di dalam persidangan kedua terdakwa, Eka dan Rahmat, terungkap peran Gubernur Riau Rusli Zainal yang ikut memerintahkan Lukman untuk menyuap anggota DPRD Riau.
Dalam pengadilan itu terungkap juga aliran dana Rp 9 miliar kepada anggota DPR. Karyawan PT Adhi Karya, rekanan veneus PON lainnya, Diki Aldianto, mengatakan uang Rp 9 miliar itu mengalir ke Senayan untuk memuluskan pencairan anggaran PON di APBN. Diberikan pada Februari lalu.