Anggota DPR Sebut Ada Asing di Balik Kisruh Papua  

Reporter

Editor

Senin, 11 Juni 2012 16:12 WIB

Tri Sarono ditembak orang tidak dikenal pada Minggu (10/6) malam di parkiran FKIP Uncen, Jayapura, Papua. TEMPO/Tjahjo Eranius

TEMPO.CO, Jakarta - Wakil Ketua Komisi Pertahanan Dewan Perwakilan Rakyat, Tubagus Hasanudin, menduga ada kekuatan asing di balik terus memanasnya kondisi di Papua. Namun dia tidak mau menyebut kekuatan asing mana yang dimaksudkannya. "Ada dugaan kekuatan asing di balik ini. Siapa dan dari mana, tidak usah saya sebut," katanya di komplek parlemen, Senayan, Jakarta, Senin, 11 Juni 2012.

Hasanudin menilai aparat keamanan di daerah seperti kepolisian daerah, komando daerah militer, dan aparat intelijen sudah tidak mampu untuk menangani kondisi di Papua. Berdasarkan hasil dialog dengan aparat keamanan daerah, kata Hasanudin, pemerintah pusat harus mengambil alih untuk mengamankan situasi Papua.

Menurut dia, aksi penembakan yang dilakukan kelompok bersenjata selama ini ditengarai bertujuan agar situasi di Papua menjadi tidak aman. "Upaya teror itu agar Papua dikategorikan sebagai daerah yang bergolak sehingga diharapkan kekuatan asing memberikan perlindungan. Ini tidak boleh," katanya.

Jika pemerintah pusat tidak segera menyelesaikan masalah itu, ujarnya, maka akan menjadi peluang dan kampanye terbaik bagi pihak-pihak yang tidak setuju Papua masuk dalam bagian Negara Kesatuan Republik Indonesia. "Makanya mereka terus melakukan upaya agar kondisi seperti ini terjadi di Papua," katanya.

Hasanudin melanjutkan, dalam dua pekan terakhir, sedikitnya aksi penembakan terjadi di berbagai tempat, seperti di Sorong, Puncak Jaya, Wamena, Abepura, Jayapura, Merauke, Timika, Mimiki, dan Paniai. Akibatnya, lebih dari 50 orang menjadi korban. "Termasuk warga Jerman yang menjadi korban," kata dia.

Untuk menyelesaikan masalah itu, Hasanudin meminta agar pemerintah segera menggelar dialog dengan masyarakat Papua. Selain itu, Polri, TNI, dan intelijen diminta untuk bekerja sama dalam melakukan tugas keamanan.

Dia menilai aparat kemanan selama ini cenderung bekerja sendiri-sendiri sehingga tidak memberikan informasi akurat kepada pemerintah pusat. "Laporan ke Jakarta hanya 'aman terkendali', begitu saja. Padahal sudah menggelinding. Sehingga keputusan Presiden tidak pas. Harus dilakukan juga pendekatan diplomatis kepada masyarakat," katanya.

ANGGA SUKMA WIJAYA

Berita terkait

KPK Temukan Dokumen dan Bukti Elektronik soal Proyek Pengadaan Rumah Dinas saat Geledah Kantor Setjen DPR

2 jam lalu

KPK Temukan Dokumen dan Bukti Elektronik soal Proyek Pengadaan Rumah Dinas saat Geledah Kantor Setjen DPR

KPK menemukan beberapa dokumen yang berhubungan dengan proyek dugaan korupsi pengadaan perlengkapan rumah dinas DPR dalam penggeledahan.

Baca Selengkapnya

Said Iqbal Yakin Partai Buruh Masuk Senayan pada Pemilu 2029

1 hari lalu

Said Iqbal Yakin Partai Buruh Masuk Senayan pada Pemilu 2029

Presiden Partai Buruh Said Iqbal menyakini partainya masuk ke Senayan pada pemilu 2029 mendatang.

Baca Selengkapnya

KPK Geledah Gedung Setjen DPR, Simak 5 Poin tentang Kasus Ini

1 hari lalu

KPK Geledah Gedung Setjen DPR, Simak 5 Poin tentang Kasus Ini

KPK melanjutkan penyelidikan kasus dugaan korupsi pengadaan sarana kelengkapan rumah jabatan anggota DPR RI tahun anggaran 2020

Baca Selengkapnya

Reaksi DPR Soal Arab Saudi Izinkan Pemegang Semua Jenis Visa Lakukan Umrah

1 hari lalu

Reaksi DPR Soal Arab Saudi Izinkan Pemegang Semua Jenis Visa Lakukan Umrah

DPR menyatakan kebijakan Arab Saudi bertolak belakang dengan Undang-Undang tentang Penyelenggaraan Ibadah Haji dan Umrah.

Baca Selengkapnya

Ditolak Partai Gelora untuk Gabung Kubu Prabowo, PKS Tak Masalah Jadi Koalisi atau Oposisi

2 hari lalu

Ditolak Partai Gelora untuk Gabung Kubu Prabowo, PKS Tak Masalah Jadi Koalisi atau Oposisi

Partai Gelora menyebut PKS selalu menyerang Prabowo-Gibran selama kampanye Pilpres 2024.

Baca Selengkapnya

Gerindra Klaim Suaranya di Papua Tengah Dirampok

2 hari lalu

Gerindra Klaim Suaranya di Papua Tengah Dirampok

Gerindra menggugat di MK, karena perolehan suaranya di DPR RI dapil Papua Tengah menghilang.

Baca Selengkapnya

Peneliti BRIN Bilang Oposisi Tetap Dibutuhkan di Pemerintahan Prabowo-Gibran, Ini Alasannya

3 hari lalu

Peneliti BRIN Bilang Oposisi Tetap Dibutuhkan di Pemerintahan Prabowo-Gibran, Ini Alasannya

PKS belum membuat keputusan resmi akan bergabung dengan pemerintahan Prabowo atau menjadi oposisi.

Baca Selengkapnya

BMTH Harus Beri Manfaat Besar Bagi Masyarakat Bali

6 hari lalu

BMTH Harus Beri Manfaat Besar Bagi Masyarakat Bali

Proyek Bali Maritime Tourism Hub (BMTH) yang sedang dibangun di Pelabuhan Benoa, Bali, harus memberi manfaat yang besar bagi masyarakat Bali.

Baca Selengkapnya

MK Gelar Sidang Perdana Sengketa Pileg pada Senin 29 April 2024, Ini Tahapannya

6 hari lalu

MK Gelar Sidang Perdana Sengketa Pileg pada Senin 29 April 2024, Ini Tahapannya

Bawaslu minta jajarannya menyiapkan alat bukti dan kematangan mental menghadapi sidang sengketa Pileg di MK.

Baca Selengkapnya

Prabowo dan Gibran Ikrar Sumpah Jabatan Presiden dan Wakil Presiden Oktober 2024, Pahami Isinya

6 hari lalu

Prabowo dan Gibran Ikrar Sumpah Jabatan Presiden dan Wakil Presiden Oktober 2024, Pahami Isinya

Pasca-putusan MK, pasangan Prabowo-Gibrang resmi ditetapkan KPU sebagai pemenang pemilu. Sumpah jabatan mereka akan diikrarkan pada Oktober 2024.

Baca Selengkapnya