TEMPO.CO, Jakarta- Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Linda Agum Gumelar mengeluhkan masih tingginya kesenjangan sosial antara perempuan dan laki-laki dalam masyarakat Indonesia. “Ini akibat implikasi dari konstruksi sosial yang melahirkan diskriminasi perempuan,” kata dia dalam pidatonya pada acara Seminar Ikatan Alumni Institut teknologi Sepuluh Nopember Surabaya di Kementerian Pekerjaan Umum, Jakarta, Rabu 18 April 2012.
Ia mencontohkan hasil Gender-related Development Index (GDI) pada 2012. Indeks pembangunan gender tersebut mengukur tingkat capaian pembangunan berbasis gender dengan tiga variabel, yaitu pendidikan, kesehatan dan ekonomi. Nilai rata-rata GDI di seluruh provinsi di Indonesia pada 2010 adalah 67,2.
"Namun, hanya sembilan provinsi yang memiliki GDI di atas nilai rata-rata nasional," kata dia. Contoh provinsi tersebut adalah Jakarta, Yogyakarta, Sumatera Utara, dan Sulawesi Utara. Ia mengindikasikan bahwa kesenjangan capaian antara perempuan dan laki-laki pada tiga bidang pembangunan strategis tersebut masih terjadi.
Selain data GDI, Linda mencontohkan data persentase perempuan yang duduk di legislatif pada pemilu 2009. Hasil pemilu tersebut menunjukkan hanya ada 18 persen perempuan yang duduk menjadi anggota Dewan perwakilan Rakyat. Sedangkan di Dewan Perwakilan Daerah, jumlah perempuan hanya 60 orang dari 246 anggota DPD, atau sekitar 22,7 persen. Sedangkan di yudikatif, baik pada Mahkamah Konstitusi maupun Mahkamah Agung, posisi strategis yang diisi perempuan baru 5,88 persen.
Linda mengatakan data tersebut seharusnya dapat menggugah kesadaran kaum perempuan kesadaran bahwa posisi perempuan masih di bawah laki-laki. "Padahal dari segi edukasi perempuan dan laki-laki tidak berbeda jauh," kata dia. Ia menjelaskan, dari total jumlah penduduk usia 15 tahun ke atas, 6,62 persen perempuan melanjutkan ke pendidikan tinggi, sedangkan laki-laki 7,12 persen.
Pada pidato yang sama, ia mengatakan masih banyak diskriminasi perempuan dalam kehidupan bermasyarakat. Berdasarkan analisanya, hal tersebut merupakan implikasi dari konstruksi sosial yang melahirkan diskriminasi perempuan. Menurutnya masih banyak masyarakat yang memiliki pola pemikiran yang menempatkan posisi perempuan lebih rendah dari pada laki-laki. Sayangnya, kata dia, konstruksi sosial itu telah melekat bertahun-tahun pada masyarakat dan dijadikan mempengaruhi perempuan hingga dirinya enggan mengembangkan potensinya.
RAFIKA AULIA
Berita terkait
Puan dan Peserta KTT di Prancis Sepakat Perjuangkan Hak Perempuan
9 Maret 2024
Sejumlah gagasan yang disampaikan Puan diadopsi pada joint statement di KTT Ketua Parlemen Perempuan.
Baca SelengkapnyaInternational Women's Day Jogja 2024, Srikandi UGM: Rebut Kembali Hak Perempuan yang Tidak Diperjuangkan Pejabat Negara
8 Maret 2024
Peringatan International Women's Day Jogja 2024, Ketua Divisi Aksi dan Propaganda Srikandi UGM sebut mengusung tema "Mari Kak Rebut Kembali!"
Baca Selengkapnya6 Negara yang Aman untuk Solo Traveling Perempuan
8 Desember 2023
Melakukan solo traveling untuk perempuan kini bukanlah hal yang mustahil. Berikut ini rekomendasi negara yang aman untuk solo traveling perempuan.
Baca SelengkapnyaNasabah PNM Mekaar Aceh Menjadi Teladan Pemecahan KDRT
25 November 2023
Kisah Juliana soal perempuan dan perjuangan atas hak-haknya.
Baca SelengkapnyaIndonesia Kembali Terpilih Jadi Anggota Dewan HAM PBB, Peroleh Suara Tertinggi
11 Oktober 2023
Indonesia kembali terpilih menjadi anggota Dewan HAM PBB periode 2023 - 2026 dengan perolehan suara tertinggi sepanjang sejarah pencalonannya.
Baca SelengkapnyaAktivis Perempuan Peroleh Nobel Perdamaian 2023, Begini Perlakuan Iran terhadap Wanita
7 Oktober 2023
Penganugerahan Nobel Perdamaian kepada aktivis yang dipenjara, Narges Mohammadi, telah meningkatkan pengawasan terhadap hak-hak perempuan di Iran.
Baca SelengkapnyaNarges Mohammadi, Aktivis Iran yang Dipenjara, Menang Nobel Perdamaian 2023
6 Oktober 2023
Narges Mohammadi, aktivis hak perempuan asal Iran yang kini masih dipenjara, memenangkan Penghargaan Nobel Perdamaian 2023.
Baca SelengkapnyaMarak Debat Hak Perempuan dan Aborsi di Pilpres Argentina, Kementerian Perempuan Terancam Ditutup
5 Oktober 2023
Pilpres yang sedang berlangsung di Argentina menyoroti debat tentang hak perempuan dan akses aborsi.
Baca Selengkapnya7 Film Inspiratif tentang Kesetaraan Gender, He Named Me Malala Salah Satunya
16 Juni 2023
Kesetaraan gender adalah isu yang terus diperjuangkan di seluruh dunia. Film memiliki kekuatan untuk mengangkat isu-isu sosial ini. Apa saja?
Baca SelengkapnyaKPU dan Komnas Perempuan Niat Hadirkan Pemilu 2024 yang Ramah Perempuan dan Inklusif
2 Juni 2023
KPU dan Komnas perempuan bertemu untuk bicarakan Pemilu 2024 yang ramah perempuan dan inklusif. Apa maksudnya?
Baca Selengkapnya