TEMPO.CO, Bandung - Sebanyak 23 narapidana (napi) dari Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) kelas IIA Banceuy, Bandung, terindikasi positif mengidap HIV-AIDS. "13 orang di antaranya menggunakan penanganan rumatan metadon," ujar Direktur Jenderal Pemasyarakatan Sihabudin saat mengunjungi lapas itu, Rabu, 15 Februari 2012.
Menurut Kepala Lapas Agus Toyib, rumatan ini diberikan sebagai penanganan awal pada napi yang positif penyakit ini. "Karena mereka baru ketahuan menderita HIV," katanya. Dan sisanya tengah ditangani menggunakan pengobatan antiretrovial (ARV).
Para penderita HIV itu saat ini tengah dirawat di poliklinik lapas. Agus berujar, poliklinik itu telah memiliki tim yang mampu menangani penyakit HIV. Tim yang terdiri dari empat orang ini langsung diampu oleh RS Hasan Sadikin, Bandung.
Iqbal Djamaris, salah seorang dokter di poliklinik itu, mengatakan para penderita HIV itu tidak dipisahkan dengan napi lainnya. Pasalnya, jika mereka diisolasi, akan membuat mereka tambah tertekan. Namun demikian, tetap ada perilaku khusus yang diberikan kepada mereka. "Kita tetap mengawasi jangan sampai menulari yang lain," katanya.
Sihabudin menuturkan, mereka tertular HIV jauh sebelum ditahan di lapas. "Karena kan masa inkubasinya lama," katanya. Dan kebanyakan dari mereka tertular lewat jarum suntik saat menggunakan narkoba, meski tidak semuanya tertangkap karena kasus barang haram tersebut. Saat ini lapas laki-laki dan dewasa itu memiliki 1.441 napi. Kebanyakan dari mereka dipenjara karena kasus narkoba.
NUR ALFIYAH
Berita terkait
Kontrak Hak Penamaan di Stasiun MRT Berkontribusi Terhadap 30 Persen Pendapatan
3 menit lalu
MRT sebut kontrak hak penamaan atau naming right di sejumlah stasiun berkontribusi signifikan terhadap pendapatan perusahaan.
Baca SelengkapnyaDitargetkan Rampung November 2024, Begini Perkembangan Konstruksi Tol Probolinggo-Banyuwangi Tahap 1
41 menit lalu
Pembangunan jalur Tol Probolinggo-Banyuwangi Tahap 1 mencapai 35,84 persen hingga April 2024. Kejar tayang agar rampung sebelum ujung tahun.
Baca SelengkapnyaCiptakan Sistem Deteksi Kardiovaskular, Peneliti Indonesia Sabet Penghargaan University of Manchester
1 jam lalu
Peneliti dari Indonesia mengembangkan alat deteksi penyakit kardiovaskular. Cocok dipakai untuk tenaga medis di daerah pedesaan.
Baca SelengkapnyaKPK Geledah Rumah Adik Syahrul Yasin Limpo di Makassar, Setelah Sita 1 Rumah SYL
1 jam lalu
Nilai rumah mewah Syahrul Yasin Limpo yang disita KPK di Makassar tersebut diperkirakan sekitar Rp4,5 miliar.
Baca SelengkapnyaGoogle Tingkatkan Fitur Anti Maling Android, Bukan untuk Ponsel Jadul
2 jam lalu
Google menebalkan fitur keamanan anti maling pada sistem android 10 dan 15. Ponsel yang dicuri semakin sulit dibobol.
Baca SelengkapnyaSaksi Sebut Syahrul Yasin Limpo Minta Ditjen Tanaman Pangan Kementan Bayar Lukisan Rp 100 Juta
2 jam lalu
Permintaan untuk membayar lukisan itu disampaikan oleh eks Staf Khusus (Stafsus) Syahrul Yasin Limpo yaitu Joice Triatman.
Baca SelengkapnyaGreenpeace Anggap Perpres Energi Terbarukan Melenceng dari Komitmen Paris Agreement
2 jam lalu
Greenpeace mengkritik Pemerintah Indonesia yang masih menolerir proyek PLTU. Pemenuhan Paris Agreement 2015 masih jauh panggang dari api.
Baca SelengkapnyaBNN-Polri Bekuk Buron Kartel Narkoba Meksiko di Filipina, Segera Dibawa ke Indonesia
4 jam lalu
Buron kartel narkoba Meksiko itu akan dibawa untuk mempertanggungjawabkan perbuatan dan mengungkap jaringannya di Indonesia.
Baca SelengkapnyaBusworld 2024 Pamerkan Lebih Banyak Bus Listrik
4 jam lalu
GEM Indonesia bersama Busworld International yang berpusat di Belgia, kembali menggelar Busworld Southeast Asia 2024. Ada banyak teknologi baru
Baca SelengkapnyaTanggapi Revisi RUU Penyiaran, Menkominfo: Investigasi, Masa Harus Dilarang?
5 jam lalu
Menkominfo Budi Arie Setiadi tanggapi revisi RUU Penyiaran yang salah satunya isinya melarang investigasi jurnalistik
Baca Selengkapnya