DPR Khawatir Insiden Abepura karena Kekecewaan Rakyat Papua  

Reporter

Editor

Sabtu, 22 Oktober 2011 11:42 WIB

Pembukaan Kongres Rakyat Papua III di Abepura, Jayapura (17/10). TEMPO/Jerry Omona

TEMPO Interaktif, Jakarta - Deklarasi Negara Papua Barat dalam Kongres Rakyat Papua III di Lapangan Zakeus, Padang Bulan, Abepura, Jayapura, pada Rabu, 19 September lalu, dikhawatirkan bukan semata murni tindakan para simpatisan Organisasi Papua Merdeka saja.

"Tapi juga ekspresi ketidakpuasan masyarakat Papua akan Merah Putih," kata anggota Komisi I Dewan Perwakilan Rakyat, Helmy Fauzi, ketika dihubungi, Sabtu, 22 Oktober 2011. Menurut politikus dari Fraksi PDI Perjuangan ini, jika kekhawatirannya itu benar, maka hal itu sangat berbahaya.

Seperti diketahui, dalam Kongres Rakyat Papua III, Rabu lalu, Ketua Dewan Adat Papua Forkorus Yeboisembut mendeklarasikan berdirinya Negara Papua Barat. Dalam acara yang diikuti sekitar 4.000 orang itu, sekaligus dilakukan pemilihan presiden dan perdana menterinya.

Aksi tersebut mendorong polisi melakukan pembubaran paksa. Kericuhan pun terjadi hingga menewaskan empat orang. Ketua Komisi Nasional Hak Asasi Manusia Papua Mathius Murib mengatakan bahwa empat peserta yang tewas adalah Daniel Kadefa, Maxsasa Y., Yakob Samonsabra, dan Aza Yeuw, yang merupakan anggota Pasukan Penjaga Papua. Mathius Murib mengungkapkan, mereka tewas tertembak.

Namun hal itu dibantah Kepala Divisi Hubungan Masyarakat Markas Besar Kepolisian RI, Inspektur Jenderal Anton Bachrul Alam. Ia mengatakan bahwa korban yang ditemukan sehari setelah kejadian tak jauh dari lokasi kongres, tewas bukan akibat luka tembak.

Menteri Koordinator Politik, Hukum, dan Keamanan Djoko Suyanto mengatakan, aparat kepolisian menggerebek lokasi Kongres Rakyat Papua III itu karena aksi yang mereka lakukan sudah dinilai makar. "Mereka mendirikan negara dalam negara dan tidak mengakui Presiden Republik Indonesia," kata Djoko di Lombok Tengah, Nusa Tenggara Barat, dua hari lalu.

Helmy pun meminta pemerintah lebih berhati-hati dalam bertindak untuk menghindari masyarakat Papua yang semakin kecewa dengan Negara Kesatuan RI.

Terkait deklarasi Negara Papua Barat yang kemudian memunculkan peristiwa kekerasan itu, menurut Helmy, DPR berencana memanggil perwakilan masyarakat Papua pada pekan depan. Tujuannya untuk memperoleh informasi langsung dari masyarakat Papua.

Kemudian jika informasi yang dikumpulkan oleh DPR sudah cukup, kata Helmy, maka Dewan akan memanggil Menkopolhukam Djoko Suyanto beserta jajarannya serta Lembaga Penelitian Indonesia (LIPI) untuk memberi gambaran dan memberi masukan penyelesaian masalah di Papua.

INDRA WIJAYA

Berita terkait

KPK Temukan Dokumen dan Bukti Elektronik soal Proyek Pengadaan Rumah Dinas saat Geledah Kantor Setjen DPR

57 menit lalu

KPK Temukan Dokumen dan Bukti Elektronik soal Proyek Pengadaan Rumah Dinas saat Geledah Kantor Setjen DPR

KPK menemukan beberapa dokumen yang berhubungan dengan proyek dugaan korupsi pengadaan perlengkapan rumah dinas DPR dalam penggeledahan.

Baca Selengkapnya

Said Iqbal Yakin Partai Buruh Masuk Senayan pada Pemilu 2029

23 jam lalu

Said Iqbal Yakin Partai Buruh Masuk Senayan pada Pemilu 2029

Presiden Partai Buruh Said Iqbal menyakini partainya masuk ke Senayan pada pemilu 2029 mendatang.

Baca Selengkapnya

KPK Geledah Gedung Setjen DPR, Simak 5 Poin tentang Kasus Ini

1 hari lalu

KPK Geledah Gedung Setjen DPR, Simak 5 Poin tentang Kasus Ini

KPK melanjutkan penyelidikan kasus dugaan korupsi pengadaan sarana kelengkapan rumah jabatan anggota DPR RI tahun anggaran 2020

Baca Selengkapnya

Reaksi DPR Soal Arab Saudi Izinkan Pemegang Semua Jenis Visa Lakukan Umrah

1 hari lalu

Reaksi DPR Soal Arab Saudi Izinkan Pemegang Semua Jenis Visa Lakukan Umrah

DPR menyatakan kebijakan Arab Saudi bertolak belakang dengan Undang-Undang tentang Penyelenggaraan Ibadah Haji dan Umrah.

Baca Selengkapnya

Ditolak Partai Gelora untuk Gabung Kubu Prabowo, PKS Tak Masalah Jadi Koalisi atau Oposisi

2 hari lalu

Ditolak Partai Gelora untuk Gabung Kubu Prabowo, PKS Tak Masalah Jadi Koalisi atau Oposisi

Partai Gelora menyebut PKS selalu menyerang Prabowo-Gibran selama kampanye Pilpres 2024.

Baca Selengkapnya

Gerindra Klaim Suaranya di Papua Tengah Dirampok

2 hari lalu

Gerindra Klaim Suaranya di Papua Tengah Dirampok

Gerindra menggugat di MK, karena perolehan suaranya di DPR RI dapil Papua Tengah menghilang.

Baca Selengkapnya

Peneliti BRIN Bilang Oposisi Tetap Dibutuhkan di Pemerintahan Prabowo-Gibran, Ini Alasannya

3 hari lalu

Peneliti BRIN Bilang Oposisi Tetap Dibutuhkan di Pemerintahan Prabowo-Gibran, Ini Alasannya

PKS belum membuat keputusan resmi akan bergabung dengan pemerintahan Prabowo atau menjadi oposisi.

Baca Selengkapnya

BMTH Harus Beri Manfaat Besar Bagi Masyarakat Bali

5 hari lalu

BMTH Harus Beri Manfaat Besar Bagi Masyarakat Bali

Proyek Bali Maritime Tourism Hub (BMTH) yang sedang dibangun di Pelabuhan Benoa, Bali, harus memberi manfaat yang besar bagi masyarakat Bali.

Baca Selengkapnya

MK Gelar Sidang Perdana Sengketa Pileg pada Senin 29 April 2024, Ini Tahapannya

6 hari lalu

MK Gelar Sidang Perdana Sengketa Pileg pada Senin 29 April 2024, Ini Tahapannya

Bawaslu minta jajarannya menyiapkan alat bukti dan kematangan mental menghadapi sidang sengketa Pileg di MK.

Baca Selengkapnya

Prabowo dan Gibran Ikrar Sumpah Jabatan Presiden dan Wakil Presiden Oktober 2024, Pahami Isinya

6 hari lalu

Prabowo dan Gibran Ikrar Sumpah Jabatan Presiden dan Wakil Presiden Oktober 2024, Pahami Isinya

Pasca-putusan MK, pasangan Prabowo-Gibrang resmi ditetapkan KPU sebagai pemenang pemilu. Sumpah jabatan mereka akan diikrarkan pada Oktober 2024.

Baca Selengkapnya