Finalisasi Kontrak Baru Koalisi di Tangan SBY

Reporter

Editor

Kamis, 7 April 2011 23:51 WIB

Seketariat Gabungan (Setgab) Partai Koalisi. TEMPO/Eko Siswono Toyudho
TEMPO Interaktif, Jakarta - Wakil Sekretaris Jenderal Partai Demokrat, Saan Mustofa mengatakan, draf kontrak baru koalisi saat ini masih di tangan Ketua Sekretariat Gabungan, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Draf tersebut masih digodok.

"Draf masih di ketua koalisi, masih tahap finalisasi," kata Saan di Gedung Dewan Perwakilan Rakyat, Kamis 7 April 2011. Demokrat, kata Saan belum tahu persis bagaimana isi draf itu.

Menurut dia, perumusan kontrak baru didasarkan atas masukan dari ketua partai anggota Setgab yang beberapa waktu lalu dipanggil SBY untuk diajak bicara.

Saan mengatakan, ada beberapa poin substansi yang kemungkinan besar tercantum dalam kontrak baru. Pertama, interpretasi terhadap koalisi harus tunggal, tidak boleh jamak. Kedua, basis utama koalisi adalah di parlemen, bukan di eksekutif.

Kursi menteri, kata dia, adalah representasi bahwa suatu partai menjadi bagian dari koalisi. "Anggap saja sebagai upah ikut koalisi di parlemen. Justru eksekutif adalah bagian dari reward," kata dia.

Ketiga, definisi kepentingan strategis harus dijelaskan secara gamblang, dan dipahami bersama oleh seluruh partai anggota koalisi. Kepentingan strategis, Saan mengatakan, adalah semua kepantingan yang menyangkut kebijakan dan program pemerintah hingga akhir pmerintahan.

Keempat, yakni soal ketulusan dan kejujuran seluruh partai anggota koalisi. Setiap anggota koalisi, menurut dia, jangan hanya mengungkapkan kata-kata, tapi juga diwujudkan dalam sikap tulus. "Jadi jangan bermain di dua kaki," kata dia.

Di parlemen, yang dibutuhkan adalah sikap fraksi, bukan sikap yang ditunjukkan anggota-anggota fraksi. Sikap anggota koalisi harus sama di parlemen. "Ruang untuk berbeda sikap adalah di Setgab, debat habis-habisan di sana," ucapnya.

Terakhir, yakni soal konsistensi sikap partai-partai anggota koalisi. Konsistensi sikap yang ditunjukkan anggota koalisi ketika menyikap suatu isu akan dinilai langsung oleh publik.

"Sampai hari ini kami belum ada angka kompromi. Tapi ada semangat untuk mengayomi partai-partai yang bersama-sama dengan kita," terang dia.

Mengenai adanya anggota koalisi yang masih enggan menyetujui kontrak baru, Saan mengatakan hal itu sebagai pertanda keengganan partai tertentu bergabung dengan Setgab. "Kalau tidak mau mengakui dan tanda tangan kontrak yang baru, itu artinya mereka tidak mau berkoalisi. Itu sederhana saja," ujarnya.

MAHARDIKA SATRIA HADI

Berita terkait

KPK Temukan Dokumen dan Bukti Elektronik soal Proyek Pengadaan Rumah Dinas saat Geledah Kantor Setjen DPR

16 jam lalu

KPK Temukan Dokumen dan Bukti Elektronik soal Proyek Pengadaan Rumah Dinas saat Geledah Kantor Setjen DPR

KPK menemukan beberapa dokumen yang berhubungan dengan proyek dugaan korupsi pengadaan perlengkapan rumah dinas DPR dalam penggeledahan.

Baca Selengkapnya

Said Iqbal Yakin Partai Buruh Masuk Senayan pada Pemilu 2029

1 hari lalu

Said Iqbal Yakin Partai Buruh Masuk Senayan pada Pemilu 2029

Presiden Partai Buruh Said Iqbal menyakini partainya masuk ke Senayan pada pemilu 2029 mendatang.

Baca Selengkapnya

KPK Geledah Gedung Setjen DPR, Simak 5 Poin tentang Kasus Ini

1 hari lalu

KPK Geledah Gedung Setjen DPR, Simak 5 Poin tentang Kasus Ini

KPK melanjutkan penyelidikan kasus dugaan korupsi pengadaan sarana kelengkapan rumah jabatan anggota DPR RI tahun anggaran 2020

Baca Selengkapnya

Reaksi DPR Soal Arab Saudi Izinkan Pemegang Semua Jenis Visa Lakukan Umrah

1 hari lalu

Reaksi DPR Soal Arab Saudi Izinkan Pemegang Semua Jenis Visa Lakukan Umrah

DPR menyatakan kebijakan Arab Saudi bertolak belakang dengan Undang-Undang tentang Penyelenggaraan Ibadah Haji dan Umrah.

Baca Selengkapnya

Ditolak Partai Gelora untuk Gabung Kubu Prabowo, PKS Tak Masalah Jadi Koalisi atau Oposisi

2 hari lalu

Ditolak Partai Gelora untuk Gabung Kubu Prabowo, PKS Tak Masalah Jadi Koalisi atau Oposisi

Partai Gelora menyebut PKS selalu menyerang Prabowo-Gibran selama kampanye Pilpres 2024.

Baca Selengkapnya

Gerindra Klaim Suaranya di Papua Tengah Dirampok

3 hari lalu

Gerindra Klaim Suaranya di Papua Tengah Dirampok

Gerindra menggugat di MK, karena perolehan suaranya di DPR RI dapil Papua Tengah menghilang.

Baca Selengkapnya

Peneliti BRIN Bilang Oposisi Tetap Dibutuhkan di Pemerintahan Prabowo-Gibran, Ini Alasannya

3 hari lalu

Peneliti BRIN Bilang Oposisi Tetap Dibutuhkan di Pemerintahan Prabowo-Gibran, Ini Alasannya

PKS belum membuat keputusan resmi akan bergabung dengan pemerintahan Prabowo atau menjadi oposisi.

Baca Selengkapnya

Kata 7 Pengamat Soal Koalisi Prabowo yang Bakal Gemuk

3 hari lalu

Kata 7 Pengamat Soal Koalisi Prabowo yang Bakal Gemuk

Berikut tanggapan para pengamat politik dan peneliti soal koalisi Prabowo ke depan yang hampir pasti bakal gemuk.

Baca Selengkapnya

BMTH Harus Beri Manfaat Besar Bagi Masyarakat Bali

6 hari lalu

BMTH Harus Beri Manfaat Besar Bagi Masyarakat Bali

Proyek Bali Maritime Tourism Hub (BMTH) yang sedang dibangun di Pelabuhan Benoa, Bali, harus memberi manfaat yang besar bagi masyarakat Bali.

Baca Selengkapnya

MK Gelar Sidang Perdana Sengketa Pileg pada Senin 29 April 2024, Ini Tahapannya

6 hari lalu

MK Gelar Sidang Perdana Sengketa Pileg pada Senin 29 April 2024, Ini Tahapannya

Bawaslu minta jajarannya menyiapkan alat bukti dan kematangan mental menghadapi sidang sengketa Pileg di MK.

Baca Selengkapnya