Ekspor Kopi dari Lampung Turun 60 Persen  

Reporter

Editor

Rabu, 17 Maret 2010 10:31 WIB

Pekerja menyortir biji kopi di pabrik kopi di kawasan Banceuy, Bandung, Minggu (15/11). Harga kopi dunia selama November cenderung turun, namun harga kopi luwak Indonesia tetap eksklusif dengan harga di kisaran USD 100 per kg. TEMPO/Prima Mulia

TEMPO Interaktif, Lampung - Sejak awal 2010, ekspor biji kopi asal Lampung menurun drastis hingga 60 persen dibanding akhir tahun 2009 lalu. Penurunan nilai ekspor itu terjadi akibat stok kopi di gudang para eksportir menipis. “Stok menipis karena saat ini belum masuk musim panen kopi yang akan berlangsung April hingga Mei nanti,” kata Yusuf Kohar, Ketua Asosiasi Pengusaha Indonesia Lampung, Rabu (17/03).

Menurut dia, kegiatan ekspor kopi robusta sebagai komoditas unggulan Propinsi Lampung mengalami penurunan cukup signifikan. Padahal, harga kopi di pasar komoditi London sedang mengalami trend naik. “Harga kopi di bursa London masih di atas sepuluh ribu rupiah per kilogramnya. Harga sedang bagus,” katanya.

Para eskportir, Yusuf melanjutkan, sedang berharap-harap cemas dengan fluktuasi harga kopi. Dia berharap harga tetap bertahan di atas sepuluh ribu rupiah per kilogram hingga saat panen raya kopi tiba.

Yusuf memperkirakan, pada 2010, produksi kopi di Lampung akan turun karena tingginya curah hujan dan angin kencang sehingga banyak merontokkan bunga-bunga kopi. Akibatnya, puncak ekspor kopi pada Juni dan Juli --yang merupakan puncak volume ekspor kopi Lampung seperti tahun lalu, yang mencapai 58 ribu ton-- sulit terwujud. “Sedikit pesimistis dengan eksport kopi tahun ini,” kata dia.

Menurut data dari Dinas Perindustrian dan Perdagangan Propinsi Lampung, ekspor kopi robusta pada Januari dan Februari 2010 memang menurun dastis dibanding Desember 2009 lalu. Pada Desemer 2009 lalu, volume ekspor kopi asal Lampung mencapai 14,6 ribu ton. “Pada Januari, total eskspor kopi hanya mencapai 6,7 ribu ton, atau turun lebih dari 60 persen, dan pada Februari, ekspor kopi terus menurun, yaitu hanya 6,6 ribu ton,” kata Suparmo, Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Propinsi Lampung.

Sementara itu, jika dibandingkan dengan periode yang sama pada Januari dan Februari tahun 2009, ekspor kopi Lampung juga mengalami penurunan signifikan. Hal itu terjadi karena ada perusahaan eksportir kopi terbesar di Lampung, yaitu Tripanca Group yang bangkrut akibat krisis global.

Akibatnya, ribuan ton kopi milik petani Lampung masih tertahan di sejumlah gudang perusahaan milik Tripanca Group karena masih disengketakan antara sejumlah bank dan petani.

NUROCHMAN ARRAZIE

Berita terkait

Kemenperin Jamin Pengetatan Impor Tidak Bebani Industri Manufaktur

9 hari lalu

Kemenperin Jamin Pengetatan Impor Tidak Bebani Industri Manufaktur

Aturan pengetatan impor dijamin tidak bebani industri manufaktur. Pelaku industri alas kaki menganggap aturan memperumit birokrasi dalam memperoleh bahan baku dari luar negeri.

Baca Selengkapnya

Kian Panas, Turki Putuskan Hubungan Dagang dengan Israel

13 hari lalu

Kian Panas, Turki Putuskan Hubungan Dagang dengan Israel

Turki memutuskan hubungan dagang dengan Israel seiring memburuknya situasi kemanusiaan di Palestina.

Baca Selengkapnya

Produk Indonesia di Mesir Raup Transaksi Potensial Rp 253 Miliar, Didominasi Biji Kopi

22 hari lalu

Produk Indonesia di Mesir Raup Transaksi Potensial Rp 253 Miliar, Didominasi Biji Kopi

Nilai transaksi potensial paviliun Indonesia di Cafex Expo 2024, Mesir, capai Rp 253 milir. Didominasi oleh produk biji kopi Indonesia.

Baca Selengkapnya

Terkini Bisnis: Putusan MK Pengaruhi IHSG, Bandara Sam Ratulangi Mulai Dibuka

24 hari lalu

Terkini Bisnis: Putusan MK Pengaruhi IHSG, Bandara Sam Ratulangi Mulai Dibuka

Pembacaan putusan sengketa Pilpres di MK memengaruhi IHSG. Perdagangan ditutup melemah 7.073,82.

Baca Selengkapnya

Rektor Paramadina Ingatkan Pemerintah Tak Remehkan Dampak Konflik Iran-Israel

24 hari lalu

Rektor Paramadina Ingatkan Pemerintah Tak Remehkan Dampak Konflik Iran-Israel

Didik mengingatkan agar pemerintah tidak menganggap enteng konflik Iran-Israel. Kebijakan fiskal dan moneter tak boleh menambah tekanan inflasi.

Baca Selengkapnya

Impor Maret 2024 Turun 2,6 Persen, Impor Bahan Baku Turun tapi Barang Konsumsi Naik

24 hari lalu

Impor Maret 2024 Turun 2,6 Persen, Impor Bahan Baku Turun tapi Barang Konsumsi Naik

BPS mencatat impor pada Maret 2024 turun 2,6 persen secara bulanan. Impor bahan baku dan bahan penolong turun, tapi barang konsumsi naik.

Baca Selengkapnya

Ekspor Maret 2024 Naik 16,4 Persen tapi Tetap Anjlok Dibanding Tahun Lalu

24 hari lalu

Ekspor Maret 2024 Naik 16,4 Persen tapi Tetap Anjlok Dibanding Tahun Lalu

BPS mencatat nilai ekspor Indonesia pada Maret 2024 naik 16,40 persen dibanding Februari 2024. Namun anjlok 4 persen dibanding Maret 2023.

Baca Selengkapnya

Surplus Perdagangan Maret Tembus USD 4,47 Miliar, Ditopang Ekspor Logam Dasar dan Sawit

24 hari lalu

Surplus Perdagangan Maret Tembus USD 4,47 Miliar, Ditopang Ekspor Logam Dasar dan Sawit

Surplus perdagangan Indonesia pada Maret 2024 tembus US$ 4,47 miliar. Surplus 47 bulan berturut-turut.

Baca Selengkapnya

Indonesia-Tunisia Gelar Intersesi ke-6, Bahas Peningkatan Perdagangan Bilateral

25 hari lalu

Indonesia-Tunisia Gelar Intersesi ke-6, Bahas Peningkatan Perdagangan Bilateral

Delegasi Indonesia dan Tunisia membahas perjanjian perdagangan bilateral di Tangerang. Indonesia banyak mengekspor sawit dan mengimpor kurma.

Baca Selengkapnya

Kemendag Optimistis Perdagangan Indonesia Kejar Vietnam jika Sepakati IEU-CEPA

6 Maret 2024

Kemendag Optimistis Perdagangan Indonesia Kejar Vietnam jika Sepakati IEU-CEPA

Kementerian perdagangan sebut Indonesia bisa kalahkan Vietnam jika sudah melakukan kesepakatan perjanjian dagang dengan Uni Eropa (IEU-CEPA).

Baca Selengkapnya