TEMPO.CO, Yogyakarta - Wali Kota Yogyakarta, Haryadi Suyuti meminta semua sekolah di Kota Yogyakarta mewaspadai gerakan kelompok radikal yang diduga menyusup ke sekolah-sekolah di kota itu.
"Sekolah harus berani melaporkan dan punya daya tangkal lewat nilai-nilai kebangsaan," kata Haryadi seusai sosialisasi Sekolah Ramah Anak Sebagai Strategi Pengarusutamaan Hak Anak di Balai Kota Yogyakarta, Selasa, 6 Mei 2017.
Baca :
UGM Melibatkan Para Dosen untuk Tangkal Maraknya Radikalisme
Wiranto: Ada Indikasi Marawi Dijadikan Lokasi Konvergensi ISIS
Belum lama ini Kepala Kepolisian Daerah DIY, Brigadir Jenderal Ahmad Dofri mengingatkan bahaya radikalisme di kalangan pelajar. Polda menyebut indikasi sebuah sekolah telah disusupi kelompok radikal. Sebanyak 30 siswa diduga dibaiat kelompok radikal.
Haryadi prihatin terhadap temuan Polda DIY itu. Ia menyatakan memberi ruang lebih kepada polisi untuk mengantisipasi masuknya kelompok-kelompok radikal masuk ke sekolah.
Selain itu, wali kota yang menjabat dua periode itu meminta sekolah, keluarga, masyarakat, dan pemerintah tidak cuek bila menemukan indikasi masuknya kelompok radikal itu. "Kalau semua pihak bersinergi dan tidak cuek, saya rasa kelompok radikal tidak mudah masuk," tutur dia.
Haryadi juga meminta sekolah menekankan siswanya untuk saling menghormati, tidak boleh ada superioritas dan inferioritas di sekolah. Ia meminta semua kalangan untuk berani melapor bila menemukan hal-hal yang mencurigakan ihwal kelompok radikal itu.
Di sekolah, kata dia saat ini sudah ada program satu sekolah dua polisi untuk menjaga lingkungan sekolah. "Di lingkungan kelurahan dan kecamatan juga saya minta waspada," kata dia.
Simak juga : Upaya Ryamizard Antisipasi Kelompok Radikal ISIS di Asia Tenggara
Ihwal pengaduaan orang tua siswa tentang praktek intoleransi, Haryadi mengatakan harus ditelusuri dan dicek terlebih dahulu. Sebelumnya, Wakil Ketua Komisi D Dewan Perwakilan Rakyat Daerah DPRD Kota Yogyakarta, Antonius Fokki menyebut dugaan praktek intoleransi di sejumlah sekolah negeri di Kota Yogyakarta.
Ada ucapan kafir terhadap siswa sekolah menengah negeri yang beragama non-muslim di suatu sekolah menengah pertama negeri. "Praktek-praktek intoleransi itu membahayakan dan kami minta Dinas Pendidikan bertindak," kata Fokki soal intoleransi serta kelompok radikal.
SHINTA MAHARANI