TEMPO.CO, Yogyakarta - Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo mengatakan sudah mengerahkan kapal perang untuk mengantisipasi pergerakan kelompok radikal ISIS atau Negara Islam Irak dan Suriah dari Marawi masuk ke Indonesia. Panglima TNI menanggapi pertanyaan antisipasi serangan sekelompok ISIS yang sudah masuk sampai Kota Marawi, Filipina usai memberikan ceramah di Masjid Islamic Center Universitas Ahmad Dahlan (UAD) Yogyakarta, Minggu malam, 4 Juni 2017.
"TNI yang pertama kali mengerahkan kapal-kapal perang untuk berpatroli di sepanjang laut mulai dari Maluku Utara sampai ke Sulawesi Tengah," kata Panglima TNI Gatot Nurmantyo. "Kemudian di Tarakan (Kalimantan Utara) juga dikerahkan kapal perang, kami juga bekerja sama dangan angkatan Filipina dan Malaysia".
Baca: 134 Warga Sipil Diselamatkan Saat Gencatan Senjata di Marawi
Menurut Gatot, selain kapal perang TNI juga mengerahkan operasi intelijen mulai dari Maluku Utara, Morotai kemudian pulau-pulau terluar sampai ke wilayah Sulawesi. "Dari Tarakan juga dikerahkan pasukan untuk menjaga pantai dan pelabuhan 'tikus'. Tentu juga bekerja sama dengan kepolisian, bekerja sama dengan seluruh komponen masyarakat," ujar Gatot.
Panglima TNI berpesan, bangsa Indonesia memiliki kekayaan sumber daya alam melimpah. Potensi it bukan tidak mungkin menjadi petaka bagi bangsa ini. Karena itu semua harus waspada. "Jangan sampai negeri ini jadi kancah konflik antar-agama dan internal kaum muslimim. Indonesia sangat diinginkan untuk diperebutkan. Jadi kita harus waspada," kata Panglima TNI.
Baca: Aksi Heroik Tokoh Muslim Marawi Melindungi Warga Kristen
Dari Filipina dilaporkan, Presiden Rodrigo Roa Duterte meminta Front Pembebasan Islam Moro (Moro Islamic Liberation Front/MILF)—kelompok separatis Islam yang berbasis di Pulau Mindanao—membantu negosiasi damai dengan kelompok Maute yang berbasis di sekitar Marawi, Mindanao.
Duterte memperkirakan pengepungan dan penyerangan di Kota Marawi akan berakhir dalam beberapa hari, meskipun perlawanan sengit terus dilakukan kelompok Maute di jantung kota padat di Filipina selatan itu. “Saya tidak ragu menggunakan setiap kekuatan yang ada,” ujar Duterte selepas menjenguk tentara yang terluka di Cagayan de Oro, kemarin. “Ini akan berakhir sekitar tiga hari lagi.”
Militer Filipina menggempur Marawi sejak 23 Mei lalu setelah kelompok Maute menyerbu kota tersebut sebagai balasan atas upaya tentara menangkap pemimpin kelompok Abu Sayyaf, Isnilon Hapilon. Presiden Duterte menyatakan seluruh Pulau Mindanao dalam status darurat militer. Pertempuran itu mengakibatkan sekitar 200 ribu penduduk mengungsi dan hampir 100 orang tewas, sebagian besar adalah milisi Maute.
ANTARA | MAHARDIKA (MARAWI)