TEMPO.CO, Jakarta – Ribuan warga Kabupaten Tolitoli, Sulawesi Tengah, membersihkan rumahnya dari lumpur yang terbawa banjir. Bencana yang terjadi pada Sabtu , 3 Juni 2017, itu menewaskan dua orang.
“Warga yang terkena dampak banjir saat ini mulai bersih-bersih dan membenahi rumah mereka,” kata Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Sulawesi Tengah Bartholomeus Tandigala kepada Tempo, Senin, 5 Juni 2017.
Baca juga: Banjir Tolitoli, 4 Rumah Hanyut dan Jalur Trans Sulawesi Putus
Pemerintah terus mendata kerugian akibat banjir bandang tersebut. Bartholomeus mengatakan ada sekitar 56 ribu jiwa yang terkena dampak banjir Tolitoli. Korban meninggal ada dua orang dan dua yang orang hilang sedang dalam pencarian.
“Sampai saat ini belum ada kabar. Pencarian masih terus dilakukan,” katanya.
Beberapa jalan utama dilaporkan terputus, antara lain jalan utama Palu-Sulawesi, yang terputus akibat tujuh titik longsor di Desa Pangi. Saat ini, ada tiga titik yang sudah terurai.
Lalu, jembatan penghubung antara Desa Tinigi dan Desa Lakatan, yang mengarah ke Dusun Kolondom, terputus akibat pepohonan yang terbawa arus menghantam bagian tiang tengah jembatan.
Kemudian bendungan utama saluran irigasi pertanian Tinigi, Tende, dan Lalos yang terletak di Desa Tinigi mengalami kerusakan sepanjang 10 meter.
Simak juga: Tolitoli Dilanda Banjir Setinggi Satu Meter, Tiga Desa Terendam
Selain itu, air bersih di dalam kota Tolitoli mati lantaran tiga pipa induk di Sungai Tuweley hanyut terbawa banjir. Pipa PDAM di jembatan gantung, Jalan Jenderal Sudirman, terputus. Ribuan rumah tenggelam di Kelurahan Tuweley, Kelurahan Baru, Kelurahan Panasakan, dan Kelurahan Tambun.
Selain itu, 1 loader (alat berat) dan 1 truk hanyut ke sungai di Desa Dakitan. Di Desa Dakitan, ada 6 rumah hanyut dan 2 roboh, di Desa Buntuna ada 4 rumah hanyut, serta di Desa Lembah ada 3 rumah roboh.
AMAR BURASE