TEMPO.CO, Banda Aceh - Wahana Lingkungan Hidup (Walhi) Aceh menilai banjir bandang yang melanda Aceh Tenggara salah satunya akibat illegal logging yang marak di sana.
Direktur Walhi Aceh M. Nur mengatakan banjir bandang yang terjadi pada Selasa sore, 11 April 2017, adalah akumulasi dari empat faktor yang bisa dipetakan secara cepat. Selain illegal logging, curah hujan yang tinggi, topografris, dan pembukaan lahan menjadi penyebab banjir itu. "Ini yang mengakibatkan bencana ekologis setiap tahun di wilayah tersebut," ucap Nur, Rabu, 12 April 2017.
Baca:
Banjir Bandang di Aceh Tenggara: 2 Orang Tewas, 325 Rumah Rusak
Banjir Bandang di Aceh Tenggara, 1 Orang Meninggal dan 1 Hilang
Dia berujar, banjir bandang dengan skala besar sudah beberapa kali terjadi di lokasi yang sama di Aceh Tenggara, seperti pada 2005 dan 2012. Sedangkan banjir berskala kecil hampir saban tahun melanda wilayah tersebut.
Menurut Nur, seharusnya pemerintah bersama pihak terkait aktif memastikan seluruh proses mitigasi bencana dilaksanakan. Dilihat dari luasan potensi banjir, Kecamatan Lawe Sigala-gala masuk kategori tinggi berdasarkan kelas dominan bahaya.
Setidaknya kecamatan ini memiliki 123 hektare yang berpotensi terkena banjir kategori rendah, 48 hektare berkategori sedang, dan 2.990 hektare dengan kategori tinggi. Total keseluruhan luas kawasan berpotensi terkena banjir sebesar 3.161 hektare dengan total 48 desa yang akan terdampak.
Simak juga: Nota Protes DPR Soal Cekal Setya Novanto, ICW: Motifnya Apa?
Walhi Aceh menilai bencana ekologis tidak akan berkurang jika pemerintah masih mengabaikan upaya-upaya mitigasi bencana serta membendung laju deforestasi hutan dan lahan. "PR (pekerjaan rumah) bagi pemerintah Aceh Tenggara untuk mendesain mitigasi bencana, sehingga hal serupa tidak kembali terjadi pada masa yang akan datang."
Berdasarkan data Badan Penanggulangan Bencana Aceh (BPBA), banjir bandang yang terjadi di Aceh Tenggara berdampak pada 12 desa di tiga kecamatan, yaitu Kecamatan Lawe Sigala-gala, Seumadam, dan Babul Makmur.
Banjir menyebabkan dua orang meninggal dan ratusan rumah rusak akibat air bah yang turun dari pegunungan Bukit Barisan.
ADI WARSIDI