TEMPO.CO, Magelang - Apa yang membuat AMR, remaja 15 tahun itu nekat membunuh Kresna Wahyu Nurachman, yang bukan hanya kawan sekolah, tapi juga teman satu barak di Graha 17 kompleks SMA Taruna Nusantara, Mertoyudan, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah. Dalam pemeriksaan polisi, terungkap AMR ternyata sakit hati terhadap Kresna, 15 tahun.
Cecep Iskandar, Wakil Kepala Sekolah yang juga juru bicara SMA Taruna Nusantara, menuturkan, AMR dibakar kesumat. Motif dendam itulah yang menjadi latar belakang AMR membunuh Kresna. “Korban pernah mendapati pelaku menyimpan telepon genggam dan mencuri uang teman lainnya di asrama,” kata Cecep kepada Tempo, Sabtu, 1 April 2017.
Cecep tidak merinci kapan Kresna mendapati AMR menyimpan telepon seluler. Dalam pengakuannya ke polisi, Kresna sempat meminjam ponsel milik AMR. Namun kemudian oleh Kresna dilaporkan kepada pamong untuk disita. AMR sempat meminta kepada Kresna untuk meminta kembali ponsel-nya. Namun karena penggunaan ponsel bukan pada jadwalnya Kresna menolak.
Sesuai aturan di SMA Taruna Nusantara, siswa kelas X atau kelas 1 SMA, hanya dibolehkan menggunakan ponsel dari Sabtu sore hingga Minggu sore. Ini tidak berlaku kepada siswa kelas XI dan XII. Peraturan tersebut, menurut Cecep, sudah dijalankan sejak sepuluh tahun lalu.
Cecep tidak menampik sering terjadi konflik kecil di antara siswa, seperti meminjam buku dan ponsel tanpa sepengetahuan pemilik. “Ini masalah kecil tapi tidak disangka terjadi seperti ini. Itu yang tidak kami duga,” ujarnya. "Kami shock dengan peristiwa ini."
Kresna sendiri ditemukan bersimbah darah ketika Riyanto, salah satu pamong siswa menemukannya di kamar 2-B Graha 17. Riyanto berniat membangunkan Kresna yang tak bangun karena sudah masuk jadwal salat subuh. Cecep sendiri mendapat laporan pukul 4.30 dan langsung bergegas menuju lokasi pembunuhan. “Awalnya kami berpikir pembunuhan tersebut dilakukan oleh orang luar,” katanya.
Selain urusan ponsel, AMR menyimpan sakit hatinya karena sempat dipergoki Kresna saat mencuri tabungan siswa lain untuk kemudian dicairkan dengan memalsukan tanda tangan. Hanya Cecep tak mengetahui, berapa uang yang dicuri. Hal tersebut kemudian juga dilaporkan kepada pamong asrama. “Korban anaknya normatif dan baik. Kalau ada temannya yang salah dia tegur dan luruskan,” katanya.
BETHRIQ KINDY ARRAZY