TEMPO.CO, Jakarta - Tiga mahasiswa Universitas Islam Indonesia, Yogyakarta, tewas dalam kegiatan pendidikan dasar mahasiswa pecinta alam pekan lalu. Kejadian itu membuat kegiatan harus berhenti lebih awal dari jadwal.
Kegiatan itu digelar di Lereng Lawu, tepatnya di Desa Gondosuli, Kecamatan Tawangmangu, Karanganyar. Kegiatan dilakukan di beberapa titik, seperti Nguncup, Mrutu, dan Watu Lumbung.
Mereka meminjam rumah salah satu warga sebagai posko utama. Posko itu berfungsi sebagai pusat komunikasi serta logistik.
“Posko hanya digunakan oleh panitia tertentu dan peserta yang sakit,” kata pemilik posko, Joko Suratin, Rabu, 25 Januari 2017. Sedangkan peserta dan panitia lain membuat camp di lokasi penyelenggaraan diksar.
Baca: Tiga Mahasiswanya Tewas, UII Bekukan Kegiatan Mapala
Saat kejadian, peserta diksar tengah melakukan latihan di Watu Lumbung. Daerah itu sering digunakan untuk latihan panjat tebing. “Saat itu ada kabar bahwa salah satu peserta tengah kritis,” katanya.
Joko mengaku sempat melihat mobil panitia meluncur membawa korban ke puskesmas. “Diangkut dengan mobil sedan,” katanya.
Beberapa saat kemudian, beberapa panitia yang ada di posko menangis histeris sembari berpelukan. “Mereka berulang kali teriak takbir,” katanya. Ternyata, peserta diksar bernama Muhammad Fadli itu meninggal dalam perjalanan.
Menurut Joko, rumahnya memang biasa dijadikan sebagai posko bagi mapala yang menggelar diksar. “Mereka datang dari berbagai daerah,” katanya. Mapala dari UII juga sudah berkali-kali menggelar acara serupa di tempat itu.
AHMAD RAFIQ