TEMPO.CO, Jambi - Wali Kota Bandung Ridwan Kamil mengomentari pergantian menteri pada Kabinet Kerja Presiden Joko Widodo. Menurut pria yang akrab disapa Emil ini, menteri baru diharapkan lebih berhati-hati dalam membuat kebijakan baru.
Menurut orang nomor satu di Kota Bandung ini, menteri-menteri sebelumnya sering kali membuat kebijakan yang belum tentu bisa diaplikasikan pemerintah daerah, terutama kebijakan-kebijakan yang menyangkut pelayanan publik.
"Kepada para menteri, lain kali kalau mau bikin kebijakan yang menyangkut langsung kepada rakyat di mana kami yang sering dimintai pertanggungjawaban ngobrol dulu sebelum me-launching kebijakan. Minta pendapat dulu karena kami yang harus mengamankan di bawah. Itu saja kepada menteri apa pun," kata Ridwan, Kamis, 28 Juli 2016.
Ridwan menambahkan, kebijakan menteri yang belum tentu bisa dilakukan pemerintah daerah terkadang justru membuat pemerintah daerah menjadi serbasalah hingga akhirnya menjadi bahan keluhan masyarakat apabila pelaksanaannya tidak maksimal.
"Kadang-kadang kami selalu kerepotan menjawab pertanyaan, ada kebijakan, baru dengar, bikin kagok. Dibilang enggak, masak enggak nurut ke pemerintah pusat. Diiyain, kaminya masih bingung," ucapnya.
Selain itu, Ridwan tidak menampik bahwa dia khawatir dengan pergantian menteri yang nantinya dipastikan bakal membuat kebijakan baru, terutama pada posisi Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi. Pasalnya, kebijakan-kebijakan di kementerian tersebut sering kali bertentangan dengan pemerintah daerah.
"Harap-harap cemaslah. Yang penting tunjukkan kinerja yang memenuhi ekspektasi Presiden dan ekspektasi rakyat. Kalau dua itu terpenuhi, berarti kerjanya benar," ujarnya.
Selain itu, kepada para menteri yang lengser, Ridwan berharap mereka menerima dengan legawa keputusan Presiden dan yakin jika selama menjabat telah melakukan hal yang terbaik.
"Jabatan dunia hanya sementara, kapan pun kita akan berhenti. Mental jadi pejabat harus siap. Besok lusa berhenti jangan jadi gimana-gimana. Selagi menjabat, kita harus meyakini kita sudah habis-habisan melayani publik. Kalau itu diyakini, kapan pun kita berhenti, kita tidak merasa sia-sia," katanya.
PUTRA PRIMA PERDANA