TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Pertahanan Ryamizard Ryacudu memandang penting pembentukan intelijen di Kementerian Pertahanan. Ia mengatakan hampir semua Kementerian Pertahanan di dunia mempunyai intelijen.
"Selain intelijen dalam negeri dan hukum, harus ada intelijen pertahanan," ucap Ryamizard di Jakarta, Senin, 6 Juni 2016. Menurut dia, adalah sesuatu yang "lucu" jika Kementerian Pertahanan yang merumuskan kebijakan atas Tentara Nasional Indonesia, tidak mempunyai agen intelijen sendiri.
Nantinya, kata Menhan, badan intelijen yang dibentuk akan berupa lembaga dan dikelola secara profesional agar tidak tumpang-tindih dengan lembaga yang sudah ada. Ryamizard mengatakan intelijen Kementerian Pertahanan akan berbeda dengan yang sudah ada, seperti Badan Intelijen Negara.
Dari sumber daya yang mengisi, lanjut Ryamizard, hanya akan ditempati orang-orang terpilih. Ia mengatakan warga sipil pun bisa masuk intelijen yang berada di bawah Kementerian Pertahanan. "Soal anggaran, masih lebih mahal satu Sukhoi-lah," katanya dengan nada ringan.
Menteri Ryamizard menuturkan wacana pembentukan intelijen di Kementerian sudah dibicarakan dengan Presiden Joko Widodo. Dalam penjelasan ke Presiden Jokowi, Menhan menjelaskan keberadaan intelijen diperlukan karena merupakan bagian dari pertahanan negara.
Salah satu alasan perlunya intelijen di Kemenhan, kata Ryamizard, lantaran fasilitas cyber-nya sudah bagus. Ryamizard menuturkan hal itu merupakan dasar dari intelijen.
ADITYA BUDIMAN