TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Koordinator Politik, Hukum, dan Keamanan Luhut Binsar Pandjaitan menuturkan, KRI Pati Unus yang karam di Perairan Belawan pada 13 Mei lalu merupakan kapal perang yang sudah tua.
"Itu kapal perang kita yang kita dapat dari Jerman Timur. Jadi sudah kapal tua," ujar Luhut di kantor Kementerian Politik, Hukum, dan Keamanan, Jakarta Pusat, Rabu, 1 Juni 2016.
Luhut menuturkan, pada awalnya kapal tersebut hendak mendarat di Pelabuhan Belawan. Namun, sebelum mencapai pelabuhan, kapal itu menabrak kapal yang telah tenggelam di perairan sehingga badan kapal robek dan air masuk. "Sekarang dicoba di-resque dengan melakukan pengelasan dari badan kapal yang robek," tuturnya.
Luhut menampik tenggelamnya KRI Pati Unus akibat diserang rudal. "Masak di pelabuhan ada rudal," katanya.
Menurut Luhut, tenggelamnya kapal itu juga tidak bisa dikatakan karena kesalahan awak kapal. "Tentu enggak bisa terus diklaim human error. Tapi ada kecelakaan, itu aja," ucapnya. "Jadi tidak ada alasan seperti torpedo di media sosial yang saya lihat ramai dibicarakan itu. Saya sudah tanyakan ke Angkatan Laut." Ia memastikan tidak ada anak buah kapal yang mengalami cedera dalam kecelakaan itu.
Sebelumnya, di situs www.citizenjurnalism.com, diberitakan kronologi kecelakaan KRI Pati Unus akibat mengalami kebocoran seusai menabrak bangkai kapal. Peristiwa itu diperkirakan terjadi di lokasi Bouy 2 Alur Balawan sekitar pukul 18.15 WIB.
Dalam situs tersebut, KRI Pati Unus ditarik menggunakan TB Deli O ke arah daratan terdekat sekitar pukul 20.50. Namun, pada pukul 21.18, kapal itu karam pada posisi melintang antara Bouy 2 dan Bouy 4 MPMT. KRI Siwar, Unsur Lantamal I, Satuan Polisi Ai, dan Sea Reader Tanjung Balai Asahan turut membantu proses evakuasi.
DESTRIANITA | ARKHELAUS WISNU