TEMPO.CO, Bangkalan - Lebih dari 100 hektare area tanaman padi di Desa Bilaporan, Kecamatan Socah, dan Desa Langkap, Kecamatan Burneh, Kabupaten Bangkalan, Jawa Timur, terendam air setinggi lutut orang dewasa. Pantauan pada Selasa pagi, 31 Mei 2016, area persawahan di Desa Bilaporan tampak seperti tambak ikan setelah hujan deras mengguyur Kota Bangkalan dalam dua hari terakhir. Bibit padi yang baru ditanam petani sama sekali tak terlihat.
Seorang petani, Muhaimin, 52 tahun, cemas dengan rendaman air yang terjadi sejak Minggu malam. Dia berharap genangan akibat luapan Sungai Bangkalan itu segera surut agar bibit padi yang baru ditanamnya dua pekan lalu tidak membusuk. "Kalau sampai besok enggak surut, bibit padi akan mati," katanya.
Muhaimin tidak bisa berbuat banyak untuk mengurangi volume genangan air di sawahnya. Dia sudah mengecek seluruh saluran irigasi dan tidak ada sumbatan. Masalahnya, kata dia, sungai sedang pasang. Kondisi itu menyebabkan aliran air buangan dari irigasi tertahan. "Sebaliknya, malah air sungai yang masuk ke sawah," ujarnya.
Genangan air lebih tinggi melanda lahan pertanian di Desa Langkap. Seorang petani nekat menerobos genangan air di sawahnya untuk memindahkan bibit padi yang belum sempat ditanam ke atas tumpukan jerami agar tak terendam air. Ketinggian air tampak sepinggang petani tersebut.
Kepala Dinas Pertanian dan Peternakan Bangkalan Abdullah Fanani membenarkan banyak sawah petani tergenang air. Namun belum ada keterangan resmi berapa hektare yang terendam air. "Petugas kami masih terus memantau kondisi di lapangan," tuturnya.
Fanani yakin genangan air tersebut tidak akan menyebabkan gagal tumbuh karena bibit padi baru ditanam. Dengan catatan, genangan air tidak menggenang lebih dari tiga hari. "Kalau lebih dari tiga hari, ada potensi bibit padi rusak," ucapnya.
MUSTHOFA BISRI