TEMPO.CO, Pontianak - Eni Nurfaizah meminta pihak berwajib segera menangkap perekrut kader Gerakan Fajar Nusantara (Gafatar) karena telah menyebabkan anaknya hilang. “Saya minta perekrut Gafatar ini diusut, saya yakin hanya mereka yang tahu di mana posisi anak saya,” ujarnya di kamp Bekangdam XII Tanjungpura, Jumat, 22 Januari 2016. Saking jengkelnya, Eni menilai perekrut kader-kader Gafatar tersebut seharusnya dijadikan tersangka.
Eni mencurigai Gafatar merupakan cikal bakal organisasi yang hendak mengganti ideologi negara. Dari buku yang dibacanya, proses hijrah merupakan salah satu tahapan, dari tujuh proses menuju negara ideal menurut komunitas tersebut. Fase terakhir adalah fase perang. “Walau saya belum tahu, apakah perang ini dalam arti sesungguhnya atau arti kiasan,” katanya.
Baca juga: HEBOH GAFATAR, 3 Ajaran Inilah yang Dianggap Menyimpang
Eni kehilangan Dyah Ayu Wulandari, yang merupakan anak sulung dari lima bersaudara sejak Desember silam. Eni bersama suaminya, Wiyono, pengusaha otomotif dari Jakarta, terbang ke Pontianak, Kalimantan Barat, sehari setelah pemberitaan warga eks Gafatar dievakuasi dari permukiman mereka.
Mereka ke Pontianak sembari membawa buku-buku pedoman Gafatar milik anaknya yang berprofesi sebagai dokter tersebut. Buku-buku bersampul pedoman Memahami dan Menyikapi Tradisi Tuhan, Kebangkitan yang Dibenci tapi Dirindukan yang ditulis Ahmad Mesiyyakh.
Dalam pencarian anaknya, Eni telah menghubungi Kepolisian Daerah Kalimantan Barat untuk memperlihatkan laporan polisi yang telah dibuatnya, terkait dengan hilangnya anak dan cucu pertamanya. “Dyah pergi dengan meninggalkan surat, agar saya mengikhlaskannya dan tidak perlu mencarinya,” tukas Eni.
Selepas mengatasi rasa shock, Eni lantas mengumpulkan semua informasi mengenai Gafatar. Belakangan Eni mengetahui menantunya pun merupakan Ketua DPD Gafatar Solo.
Eni sangat cemas jika anaknya ditetapkan sebagai tersangka ketika nanti aparat menetapkan organisasi tersebut sebagai organisasi terlarang. Sebab, menurut dia, Dyah hanya diberi jabatan sebagai anggota Tim Kesehatan DPD Gafatar Jawa Timur dan anaknya itu hanya manut pada suaminya.
Jika anaknya ditemukan, Eni bertekad akan mengambil paksa anak dan cucunya tersebut dari komunitas Gafatar, dan mengembalikan kembali akidahnya. Walau dia tahu, tidak mudah untuk mengembalikan doktrin yang sudah melekat di kepala anaknya. “Tetapi pulang ke rumah adalah langkah awal yang harus dilakukan.”
ASEANTY PAHLEVI