TEMPO.CO, Jakarta - Petugas Pangkalan Udara Tarakan, Kalimantan Utara, masih memeriksa James Patrick Murphy, pilot berkebangsaan Amerika Serikat karena ketahuan melanggar wilayah udara Indonesia. Personel aktif Angkatan Laut Amerika yang menggunakan pesawat Cessna-nya itu dipaksa mendarat oleh TNI Angkatan Udara dengan menggunakan dua jet tempur Sukhoi.
"Kami sedang periksa alasan dia melanggar wilayah Indonesia," kata Komandan Pangkalan Udara Tarakan Letnan Kolonel Tiopan Hutapea, saat dihubungi melalui telepon, Senin, 9 November 2015.
Awalnya, James mendapat kontak radio dari pasukan radar TNI AU ketika terbang memasuki wilayah udara Kalimantan Utara. Otoritas Angkatan Udara mempertanyakan izin terbang James. Rupanya dia tidak mengantongi tiga izin terbang dari Menteri Perhubungan, Kementerian Perhubungan, dan Markas Besar TNI.
SIMAK: Dipaksa Mendarat, Ini Pengakuan Pilot AS Saat Diperiksa TNI
Selanjutnya Komando Pertahanan Udara Nasional memerintahkan Komando Operasi II menerbangkan jet tempur mencegat pesawat James. Dua jet Sukhoi SU-27 dan SU-30 melesat dari Makassar menuju Kalimantan Utara. Hanya beberapa menit, kedua Sukhoi berhasil mendekati pesawat Cessna tersebut. Kedua jet tempur andalan TNI AU ini meminta James mendarat di landasan terdekat, yakni Pangkalan Udara Tarakan.
Satu jet tempur Sukhoi langsung terbang di depan Cessna. Tujuannya memandu James mendarat di Tarakan. Jet Sukhoi yang satunya terbang di belakang Cessna. "Tujuannya, kalau pesawat tersebut kabur, Sukhoi bisa langsung menembak dari belakang," kata Tiopan. "Sesuai aturan internasional, kami boleh menembak jatuh pesawat asing pelanggar wilayah yang tak kooperatif."
Saat ini Tiopan memerintahkan anak buahnya memeriksa James secara detail. Tiopan khawatir James sengaja masuk wilayah udara Indonesia secara sengaja dan melakukan kegiatan ilegal. "Seperti memfoto wilayah perbatasan secara diam-diam," kata Tiopan.
Tiopan mengatakan wilayah udara Kalimantan Utara rentan dilanggar pesawat asing. Pelanggaran pesawat yang ditumpangi James merupakan kejadian kesebelas selama 2015. Menurut Tiopan, pesawat Malaysia adalah pelaku pelanggaran wilayah udara terbanyak di Tarakan dan sekitarnya.
"Kami akan lakukan operasi rutin demi menjaga kedaulatan wilayah. Bagi kami kedaulatan wilayah harga mati," kata Tiopan.
INDRA WIJAYA