TEMPO.CO, Banjarnegara - Setiap kali mendengar suara sirine, Nasiyah, 40 tahun, bergegas bangkit dari duduknya di lantai teras Puskesmas Karangkobar. Matanya berkaca-kaca. Bibirnya terus melafalkan doa. "Semoga itu suara sirine ambulans yang membawa jenazah keluarga saya," kata Nasiyah, Senin, 15 Desember 2014.
Bersama puluhan warga lain, sejak Sabtu pekan lalu, warga Dusun Gondang, Desa Sampang, Kecamatan Karangkobar, Kabupaten Banjarnegara, itu setia menunggu kabar ihwal delapan anggota keluarganya yang tinggal di Dusun Jemblung, Desa Sampang. (Baca: Longsor Banjarnegara, Anjing Pelacak Dikerahkan)
Jumat, 12 Desember 2014, sebanyak 35 rumah di Dusun Jemblung terkubur tanah longsor. Dalam bencana itu, ada 14 warga yang ditemukan selamat meski dalam kondisi luka-luka. Adapun sebanyak 108 warga terkubur. Hingga siang ini, sudah 44 warga yang ditemukan dalam kondisi meninggal. (Baca: Ansor Tuban Kirim 150 Relawan ke Banjarnegara)
"Jenazah dua keponakan saya, Chamim dan Wardi, sudah ketemu kemarin. Tapi istri dan anak mereka belum ada kabarnya sampai sekarang. Masing-masing punya dua anak," ujar Nasiyah dengan suara parau. Sejak Jumat malam pekan lalu, Nasiyah beserta suami dan satu anaknya mengungsi di kantor Kecamatan Karangkobar.
Meski permukiman mereka dinyatakan berbahaya karena rawan longsor, sebagian warga Dusun Tekik, Desa Sampang, memilih meninggalkan pos-pos pengungsian saat siang. "Mau pulang dulu untuk sekadar menengok rumah dan mencuci pakaian," kata Ahmad Solikhin, 47 tahun, warga Dusun Tekik, Desa Sampang.
Dusun Tekik berjarak sekitar 500 meter dari Dusun Jemblung. Setelah terjadi longsor di Dusun Jemblung, Ahmad beserta istri dan anaknya bergegas menuju kantor Kecamatan Karangkobar. Sama dengan Nasiyah, Ahmad juga kehilangan sejumlah anggota keluarganya dalam bencana tanah longsor Dusun Jemblung.
"Baru jenazah kakak ipar saya, Karyoto, yang sudah ditemukan kemarin. Masih ada sejumlah saudara yang belum ada kabarnya," ujar Ahmad. Ayah dua anak itu mengaku tidak tahu sampai kapan harus bertahan di pos pengungsian. "Kabarnya, tanah di kampung masih bergerak. Ini juga masih mendung. Takutnya kalau hujan terjadi, longsor lagi," kata Ahmad.
DINDA LEO LISTY
Topik terhangat:
Longsor Banjarnegara | Kapal Selam Jerman | Rekening Gendut Kepala Daerah
Berita terpopuler lainnya:
Rupiah Masuk Lima Besar Mata Uang Tak Dihargai
Ahok: Kelemahan Saya Sudah Cina, Kafir Pula
Longsor Banjarnegara, 5 Menit yang Menenggelamkan
Putri CEO Korean Air Paksa Pramugara Berlutut