TEMPO.CO, Yogyakarta - Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta Sultan Hamengku Buwono X didesak memberi jaminan keamanan kepada mahasiswa asal luar Yogyakarta pasca penembakan terhadap empat orang warga Nusa Tenggara Timur di Lembaga Pemasyarakatan Cebongan, Sleman. ”Kami meminta Sri Sultan HB X segera bersikap dan memberikan jaminan keamanan terhadap pelajar luar daerah di Yogyakarta,” kata Ketua Pimpinan Wilayah Ikatan Pelajar Muhammadiyah Yogyakarta, M. Abduh Zulfikar, Senin 25 Maret 2013.
Organisasinya menilai peristiwa pembantaian tahanan yang terjadi di Yogyakarta bisa berdampak luas. ”Yogyakarta sebagai miniatur Indonesia harus mampu memunculkan identitas sebagai daerah yang memiliki rasa aman yang tinggi terhadap warganya. Citra ini jelas terganggu dengan peristiwa ini,” kata dia.
Baca Juga:
Wakil Rektor STPD APMD, Fajarini, mengaku kampusnya kebanjiran telpon orang tua mahasiswa asal Nusa Tenggara Timur yang khawatir kemanan anaknya. Fajarini memastikan aktivitas perkuliahan mahasiswa asal NTT tetap normal. "Kondisi aman," ujarnya.
Mahasiswa Nusa Tenggara Timur (NTT) yang berada di Yogyakarta ketakutan pasca peristiwa di di Lembaga Pemasyarakatan, Cebongan. Tapi, tak ada penjagaan dari aparat di lokasi pemondokan dan asrama mahasiswa NTT. Mahasiswa asal NTT banyak tersebar di Tambak Bayan, Babarsari.
Suasana asrama mahasiswa Nusa Tenggara Timur (NTT) di RT 53, RW 13, Kelurahan Tegalpanggung, Kecamatan Danurejan, Yogyakarta tak ada yang berubah kemarin. Gembok pagar masih menempel di pagar. Terkunci rapat. Di dalam asrama terlihat sejumlah penghuni asrama duduk berkumpul.
Nurlaila Usman, sepupu korban penembakan, Adrianus Candra Galaga atau Dedi, mengatakan, mahasiswa NTT akhir-akhir ini sering menerima teror lewat pesan singkat. "Kami trauma. Ada teror sehingga beberapa teman tidak berani keluar," ujarnya.
Seorang warga NTT yang menolak disebut namanya mengatakan, muncul pesan singkat tentang ancaman warga NTT akan disweeping. "Bunyi smsnya: tolong jangan keluar malam karena ada sweeping." Warga NTT harus bersembunyi karena ketakutan. Bahkan, ada yang sudah pulang ke daerah asal karena merasa tak aman.
PRIBADI WICAKSONO | SHINTA MAHARANI