TEMPO Interaktif, Pasuruan - Ada yang unik dari peringatan Hari Lingkungan Hidup di Pasuruan, Jawa Timur Senin, 18 Juli 2011. Burung perkutut yang dilepaskan Gubernur Jawa Timur Soekarwo mogok terbang. Padahal, dua ratusan burung, terdiri dari kutilang, perkutut, dan emprit lain langsung "lepas landas" saat dilepaskan.
Soekarwo pun segera menangkap burung itu dan meletakkannya di depan mejanya. Nina Soekarwo, istri gubernur, memegangi dan mengelus-elus burung itu. Peristiwa itupun jadi bahan banyolan di antara para peserta di lokasi. Mereka sebagian tersenyum melihat kejadian itu.
"Mungkin ingin bersama Pakde Karwo (panggilan Soekarwo)," kata seorang peserta kegiatan, Hariyanto, setengah bercanda. Mungkin pula burung itu mogok karena terlalu lama dikurung bersama ratusan burung lain. Sang burung protes setelah lima jam dikurung dalam sangkar sempit.
Kejadian itu menghiasi pelepasan burung pada Hari Lingkungan Hidup sumbangan lembaga konservasi Taman Safari Indonesia II Prigen. Kicau burung perkutut dan kutilang sudah berkurang di kawasan Kebun Raya Purwodadi yang ditumbuhi aneka jenis tanaman keras ini. Populasi burung semakin menyusut.
Gubernur Soekarwo mengatakan laju kerusakan hutan di Jawa Timur yang tak lebih dari 28 persen dari luas lahan di Jawa Timur. Enam persen di antaranya sudah rusak. Kerusakan hutan terbesar terjadi pada 2004-2005 lalu. "Sekitar 300 hektare rusak, sisa satu juta hektare," kata dia.
Kerusakan hutan mengakibatkan berkurangnya pasokan air. Di Kota Batu, misalnya, dari 118 mata air, hanya 57 mata air yang mengalir lancar. Selebihnya debit air mengecil dan mati. Padahal, mata air di sekitar Taman Hutan Raya Raden Soerjo merupakan daerah hulu yang memasok Sungai Brantas. "Hanya mata air sumber Brantas yang mengalir konstan," katanya.
Bekurangnya hutan membuat habitat berbagai jenis satwa seperti aneka jenis burung, kijang, dan primata berkurang. Oleh karena itu, pelepasan burung ini diharapkan bisa meningkatkan satwa di daerah itu. Untungnya burung itu protes bukan karena hutan yang berkurang.
EKO WIDIANTO