TEMPO Interaktif, Bandar Lampung - Kelangkaan bahan bakar minyak jenis premium dan solar di Lampung semakin meluas. Warga Lampung kesulitan mendapatkan bahan bakar dua jenis itu di hampir seluruh kabupaten dan kota di Provinsi Lampung.
“Dari perbatasan Sumatra Selatan hingga memasuki Kota Bandar Lampung rata-rata Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) kehabisan stok,” kata Rozaki, sopir truk dari Jambi menuju Jakarta, Sabtu, 25 Juni 2011.
Kelangkaan bahan bakar itu membuat para sopir truk dan kendaraan pribadi waswas jika kehabisan bensin atau solar di tengah perjalanan. Sebagian mereka terpaksa harus menunggu berjam-jam di pompa bensin untuk menunggu kedatangan bensin dan solar. “Saya sudah menunggu hampir lima jam sejak tadi malam. Tapi, hingga kini solar belum datang juga,” katanya.
Dia mengaku heran dengan alasan kelangkaan bahan bakar akibat ulah pedagang eceran. Padahal, para pedagang eceran itu tidak mungkin menimbun dalam jumlah yang banyak.
“Pertamina harus jujurlah terhadap konsumen. Dalam sehari, berapa mereka menggelontorkan bahan bakar,” katanya.
Sementara itu antrean panjang kendaraan di beberapa pompa bensin sepanjang Jalan Lintas Sumatra mengular setiap sore hingga tengah malam. Antrean didominasi angkutan umum dan truk. Biasanya mereka akan mengisi tangki kendaraan hingga penuh agar keesokan harinya tidak kehabisan bahan bakar saat digunakan.
Kepala Pertamina Lampung, Hamid Dude, sebelumnya mengatakan kelangkaan bahan bakar jenis solar bersubsidi dan premium karena ulah spekulan yang menimbun bahan bakar. Selain itu, hal tersebut diperparah dengan maraknya pedagang eceran di Lampung.
“Kami tidak pernah mengurangi pasokan. Pasokan masih sesuai kuota yang diberikan pemerintah pusat untuk Lampung,” katanya.
NUROCHMAN ARRAZIE