Peristiwa ini terjadi pada Senin pagi (02/07). Namun Dinas Pendidikan Sukoharjo mengaku baru menerima laporan mengenai peristiwa pemukulan tersebut pada Senin malam.
Korban pemukulan, Agus Imam Syahrul menceritakan kejadian bermula saat dirinya dan salah seorang temannya baru memasuki kelas, sehabis dari kamar kecil. Saat masuk kelas ia lupa merapikan bajunya. Tiba-tiba, Akrom masuk dan menghampiri mereka berdua. "Saya dan Reza dipukul oleh Pak Akrom," kata Agus, Selasa (3/8). Dia mendapat pukulan bertubi-tubi di bagian kepala dan perut.
Akibat pemukulan tersebut, perutnya langsung merasa mulas. Untunglah, kepala sekolah segera membawanya ke salah satu rumah sakit. "Sebenarnya dari rumah sakit disuruh opname," kata Agus. Namun dia memilih pulang karena takut jika kejadian tersebut diketahui oleh keluarganya.
Selama ini, kata Agus, kepala sekolah tersebut memang dikenal galak. Namun, kejadian pemukulan tersebut baru kali yang pertama. "Biasanya kalau ada murid bandel hanya dimarahi," kata Agus.
Ketika dikonfirmasi, Muhammad Akrom mengakui kejadian tersebut. "Waktu itu saya memang khilaf," kata Akrom. Saat itu, kata dia, ia langsung emosi saat melihat siswa yang masuk kelas dengan pakaian yang berantakan. Apalagi, Agus sempat duduk di atas meja saat memasuki kelas. Dia mengaku melakukan pemukulan terhadap agus sebanyak empat kali. Dua kali dibagian kepala dan dua kali di bagian perut. "Dia sempat di USG (ultrasonografi) dan mendapat suntikan," kata Akrom. "Sekarang dia sudah sembuh dan sudah sekolah."
Dia menambahkan, selama ini Agus memang mendapatkan perhatian khusus dari sekolah. "Dia siswa yang sedikit bermasalah karena nakal," kata Akrom. Beberapa kali, Agus membuat guru dan kepala sekolah naik darah. Namun dalam kasus ini, Akrom mengaku telah meminta maaf kepada keluarga siswa, dengan disaksikan oleh perangkat desa setempat.
Kepala Bidang SMP/SMA Dinas Pendidikan Sukoharjo, Dwi Atmojo Heri menyayangkan hukuman fisik yang dilakukan oleh kepala sekolah. "Dinas telah memberi peringatan keras secara tertulis," kata Atmojo.
Menurut Atmojo, selama ini Akrom dikenal sebagai kepala sekolah yang cukup berprestasi. "Dia pernah menjadi guru teladan tingkat kabupaten pada 2004 silam," kata Atmojo.
Meski berada di pedesaan, Akrom juga mampu membawa SMP 1 Polokarto mencapai kelulusan 100 persen selama dua tahun berturut-turut. "Namun model pembinaan siswa seperti ini tidak bias dibenarkan," kata dia.
AHMAD RAFIQ