TEMPO.CO, SURABAYA- Wali Kota Surabaya Tri Rismaharinii pada Rabu 13 September 2017 bertemu dengan banyak wartawan, termasuk puluhan Pemimpin Redaksi Media Cetak dan Elektronik di Rumah Dinas Wali Kota Surabaya. Kepada mereka, Risma mengungkapkan lagi keputusannya untuk tidak maju dalam kontestasi politik di Jawa Timur. Risma menolak wacana pencalonannya sebagai bakal calon gubernur dalam pesta demokrasi Pilkada Jawa Timur 2018.
"Menjadi pemimpin itu berat tanggung jawabnya, meskipun menurut orang lain mampu untuk mengemban tugas itu. Saya bisa bangun kota ini jadi bagus, tapi masyarakatnya menangis dan menderita," kata Risma, Rabu 13 September 2017.
BACA: Meski Megawati Minta, Risma Tetap Tak Mau Ikut Pilkada Jawa Timur
Risma bercerita, keputusan untuk tidak maju dalam Pilkada Jawa Timur sudah disampaikan jauh hari kepada Ketua Umum PDIP Megawati. Risma juga menceritakan saat dirinya sempat ditawari menjadi menteri dalam kabinet Presiden Joko Widodo."Pak Jokowi saat itu belum dilantik, saya ditawari menjadi menteri," ujarnya.
Menurut Risma, sebelum Presiden Jokowi dilantik dan baru diumumkan kalau menang dalam Pilpres, dirinya langsung menghadap ke Megawati untuk tidak dimasukan dalam susunan menteri. Hal yang sama juga dilakukan saat Pilkada DKI Jakarta 2017. "Memang kata pak Hasto (Sekjen PDIP) saya telah diminta dan jika saya berkenan," ujarnya.
BACA: Jawaban Megawati Saat Ditanya Risma ke Pilkada Jakarta
Wali Kota Surabaya ini mengaku sudah berbicara dengan Ketua Umum PDIP Megawati mengenai Pilkada Jatim 2018. Ia menegaskan kepada Megawati tidak bersedia maju untuk jadi Cagub Jatim. "Bu Mega sudah setuju bukan saya," ujarnya.
Ia mengemukakan yang dapat mengukur kemampuan seorang pemimpin adalah masyarakat. Jabatan itu tidak boleh diminta, dirinya juga tidak ingin menjadi pemimpin yang sombong. "Sombong banget jika seperti itu. Dikasih cobaan tsunami bisa habis kalau gitu," katanya.
BACA: Terungkap: Risma Pernah Tolak Jabatan Menteri
Setiap informasi yang diterima Risma selalu dilaporkan kepada Megawati, seperti persoalan orang miskin dan sebagainya. "Ibu tahu dan memahami karena saya berangkat dari sumpah," katanya.
Pada kesempatan itu, Risma sempat berbagi pengalamannya saat memimpin Surabaya. Risma mengaku banyak hambatan yang dialami dan seringkali membuatnya menangis, misalnya karena banyak anak yang putus sekolah.
ANTARA