TEMPO.CO, Jakarta -Menteri Koordinator Politik, Hukum, dan Keamanan Wiranto sempat memaparkan pentingnya konektivitas kelautan pada peserta Simposium Keamanan Maritim Internasional 2017 yang digelar di Nusa Dua, Bali.
Menurut Wirnto, Indonesia akan memprioritaskan penguatan jaringan infrastruktur maritim dengan cara membangun pelabuhan laut dalam, sambil memperbaiki industri perkapalan, logistik dan pariwisata bahari. Indonesia juga mengupayakan diplomasi maritim untuk mengakhiri illegal, unreported and unregulated (IUU) fishing, pelanggaran kedaulatan, sengketa teritorial, perompakan, dan polusi.
“Sebagai pusat regional dan internasional maritim, kita memiliki tanggung jawab untuk memastikan bahwa kawasan kita tetap stabil dan damai. Kami ingin agar Samudera Hindia dan Pasifik tetap damai dan aman untuk perdagangan dunia, tidak ada konflik teritorial dan adanya supremasi maritim,” kata Wiranto, dikutip dari siaran pers Humas Kemenkopolhukam, Kamis, 24 Agustus 2017.
Wiranto menyoroti kelebihan Indonesia yang memiliki enam juta kilometer persegi yurisdiksi maritim. Indonesia juga memiliki batas laut sejauh hampir tiga belas ribu kilometer di Samudera Hindia bersama empat negara, yaitu Australia, India, Malaysia, dan Thailand. “Konfigurasi ini membuka peluang bagi Indonesia untuk mengembangkan kerja sama regional dan internasional demi kesejahteraan rakyat dan keamanan maritim.”
Menurut Wiranto, ASEAN juga mengusahakan konektivitas antar pulau lewat pengembangan sistem jalan raya “nautical highway”, atau usulan “ring shipping route” di kawasan maritim Asia Tenggara. Usulan itu kini menjadi bagian dari Master Plan ASEAN Connectivity.
Simposium Maritim Internasional 2017 dimanfaatkan Wiranto untuk mendorong penguatan kerja sama di bidang keamanan dan ketertiban laut. Mantan Panglima ABRI itu sempat memaparkan deretan masalah yang intensitasnya meningkat seperti sengketa teritorial, kejahatan transnasional, hingga kerusakan lingkungan laut. Ada pula masalah yang dipicu perdagangan laut, serta penemuan ladang minyak dan gas baru. "Ini menuntut kita untuk menjalin kerja sama yang lebih kuat antar negara bagian dan angkatan laut," ujar Wiranto.
Simposium Maritim Internasional merupakan pertemuan dua tahunan berskala global yang diprakarsai oleh TNI Angkatan Laut. Kegiatan yang digelar sejak 2013 lalu ini dalam rangka membangun kerja sama pengalaman maritim tingkat regional dan internasional. Kegiatan tahun ini dihadiri oleh Kepala Staf Angkatan Laut Republik Islam Iran Laksamana Habibollah Sayyari, Kepala Staf AL Bangladesh Laksamana Muda M. Hasan Ali Khan. Ada juga perwakilan 43 delegasi, termasuk para peserta konvensi, dan para pengusaha di bidang kemaritiman.
YOHANES PASKALIS PAE DALE