TEMPO.CO, Bandung- Direktur Utama PT Dirgantara Indonesia Budi Santoso mengatakan, sejak proyek purwarupa pesawat perintis N219 ini dicanangkan hingga terbang perdana, Kamis, 16 Agustus 2017, sudah menghabiskan dana hingga Rp 819 miliar. “Terdiri dari anggaran Lapan dan dari anggaran PT DI sendiri, setara 60 juta dollar AS,” kata dia di Bandung, Kamis, 16 Agustus 2017.
Budi mengatakan, untuk serangkaian pengujian N219 selanjutnya masih membutuhkan dana hingga Rp 200 miliar lagi untuk mendapatkan sertifikasi laik terbang sehingga siap dipasarkan. “Sehinhgga anggaran total yang kita butuhkan itu sekitar 80 juta dollar AS, Rp 1 triliun kira-kira,” kata dia.
Baca juga: Ratusan Tepuk Tangan Ikut 'Terbangkan' Pesawat N219
Dana yang dibutuhkan itu di antaranya untuk menggenapi jam terbang minimal agar bisa mengantungi sertifikat layak terbang. “Pesawat ini masih memerlukan 300 jam terbang lagi untuk sertifikasi, dan kita harus mensimulasi sekitar 30 ribu ‘flight-cycle’, dan kebetulan ada program Kementerian Pertahanan untuk pesawat Fighter, laboratoriumnya sudah hampir jadi. Dan bisa kita gunakan sambil belajar untuk testing pesawt Fighter Indonesia nanti,” kata Budi.
Budi mengatakan, masih mengupayakan kebutuhan sisa dana untuk menggenapi serangkaian uji pesawat itu agar laik terbang. “Masih kita cari,” kata dia.
Menurut Budi, anggaran pengembangan proyek pesawat perintis ini jauh lebih kecil dibadingkan saat dulu IPTN menggarap proyek N250 yang kini terhenti. “Ini kecil dibandingkan waktu N250, kira-kira menghabiskan 25 kali lipat biaya ini, sekitar 1,8 juta dollar AS waktu itu dihabiskan,” kata dia.
Budi mengatakan, keuntungan lain dari proyek pengembangan pesawat printis ini, Indonesia memiliki satu siklus pengalaman mendisain pesawat dari nol. “Kemampuan ini tidak dimiliki semua negara. Hanya negara tertentu yang punya kemampuan ini. Indonesia salah satunya. Kita punya pengalaman lengkap dari industri ini,” kata dia.
PT DI melibatkan 108 engineer untuk merancang pesawat N291 di luar pekerja yang membangun pesawat. “Proyek ini juga untuk regenerasi,” kata dia.
AHMAD FIKRI