TEMPO.CO, Jakarta - Pesawat jet tempur KFX/IFX buatan Indonesia - Korea Selatan akan dilengkapi 4 teknologi dari Eropa. Alih teknologi Eropa tersebut setelah Amerika memberikan teknologinya untuk menunjang pesawat tempur baru itu.
"Empat teknologi itu tidak akan diberikan Amerika pada siapa pun, termasuk Korea," kata Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Kementerian Pertahanan, Anne Kusmayati, dalam jumpa pers di Kementerian Pertahanan, Jumat, 28 Juli 2017. Namun, kendala tersebut bisa diatasi dengan kerjasama yang dicapai Korea Selatan dengan pihak dari Eropa.
Baca: Indonesia-Korea Mulai Produksi Jet Tempur Semi Siluman
Empat teknologi utama dalam pesawat tempur tersebut adalah electronically scanned array (AESA) radar, infrared search and track (IRST), electronic optics targeting pod (EOTGP), dan Radio Frequency Jammer. Sebenarnya, jumlah teknologi yang dibutuhkan masih kurang 9 lagi. Namun lima teknologi telah didapat Korea dan dalam kerjasama yang dicapai Indonesia dan Korea Selatan, lima teknologi itu akan dibagikan pada Indonesia.
Sementara untuk empat teknologi tersebut, Korea sedang mengembangkan sebagai hasil kolaborasi dengan pihak di Eropa. "Siapa pihak di Eropa, saya tidak dalam kapasitas menjawabnya," kata Anne.
Nantinya, 4 teknologi tersebut juga akan diberikan ke Indonesia. "Kami diperbolehkan menggunakan alat itu ke kita di dalam pesawat IFX kita nantinya. Jadi Insya Allah empat itu akan kita dapat," kata Anne.
Jet tempur KFX/IFX adalah pesawat semi siluman generasi 4.5 yang dikembangkan Korea Selatan dan Indonesia. Kerjasama pengembangan pesawat ini sebatas pada pengembangan pesawat hingga mencapai prototipe. Dari enam prototipe yang akan dihasilkan, satu prototipe akan diserahkan pada Indonesia. Saat ini program Engineering Manufacture Development (EMD) telah menyelesaikan 14 persen dari keseluruhan perencanaan program yang berlangsung hingga 2026.
Baca: PT Dirgantara Indonesia Gandeng Korea Bikin Jet Tempur
Pengembangan jet tempur ini awalnya dilakukan Korea Selatan sejak 15 tahun lalu. Namun pada 2015 dibuat kesepakatan antara pemerintah Korea Selatan dengan Indonesia untuk mengembangkan jet tempur ini secara bersama-sama. Kesepakatan kerjasama strategis (strategic cooperation agreement) program ini dilakukan pada 4 Desember 2015. Sementara kesepakatan cost sharing dilakukan pada Januari 2016.
Dalam kesepakatan tersebut, Indonesia menanggung biaya program pengembangan sebesar 20 persen, sementara Korea Selatan 80 persen. Dalam 10 tahun pengembangan yang akan dilakukan hingga 2026, total biaya yang ditanggung Indonesia mencapai Rp 21,6 triliun. Sementara kesepakatan penugasan kerja (work assignment agreement) dilakukan pada januari 2016.
Anne mengatakan keterlibatan Indonesia pada pengembangan jet tempur ini berkaitan dengan rencana strategis TNI AU tentang kebutuhan pesawat tempur pada 2014. Selain itu, keterlibatan Indonesia pada program ini adalah sebagai upaya meningkatkan kemandirian teknologi nasional, serta meningkatkan kemampuan industri pertahanan nasional.
AMIRULLAH SUHADA