TEMPO.CO, Bojonegoro - Pihak Bulog Sub Divisi Regional (Divre) III Bojonegoro siap mengirim beras ke daerah-daerah minus di luar Jawa. Terhitung hingga bulan Mei 2017, stok beras di Bojonegoro dan sekitarnya tercukupi hingga akhir Desember 2017 mendatang.”Kita tunggu perintah pusat, kirim beras ke daerah minus beras,” ujar Kepala Bulog Su Divre III Bojonegoro Irsan Nasution pada Tempo, Minggu 7 Mei 2017.
Data di Bulog Sub Divre III Bojonegoro menyebutkan, hingga kini beras yang telah terbeli sebanyak 41 ribu ton dari total target pembelian 106 ribu ton tahun 207 ini. Itu artinya, stok beras di Bulog Bojonegoro (meliputi Tuban, Lamongan dan Bojonegoro) masih tercukupi. Apalagi, sekarang ini masih terus dilakukan pembelian di tingkat petani.
Baca juga:
Menteri Amran Sesumbar, Sampai Ramadan Harga Beras Dijamin Stabil
Sejumlah desa-desa di kecamatan di Kabupaten Tuban, Lamongan dan Bojonegoro, masih ada panen, terutama pada awal Mei ini. Bahkan, di beberapa tempat, juga panen serentak, di antaranya di desa-desa berlokasi di pinggir Sungai Bengawan Solo. Seperti di Kecamatan Padangan, Purwosari, Kasiman, Malo, Kalitidu, Trucuk, Dander, Kanor dan Baureno, Bojonegoro.
Kemudian di Tuban, di antaranya di Kecamatan Soko, Widang dan Rengel, serta di Kabupaten Tuban, panen terjadi di Kecamatan Babat, Maduran dan Sekaran. “Jangan salah, Bulog kita wilayah produktif beras,” imbuh Irsan Nasution.
Baca pula:
Menjelang Ramadan, Menteri Perdagangan dan Menteri Pertanian Cek Harga Pasar
Pihak Bulog Sub-Divre III Bojonegoro, lanjut Irsan Nasution, telah belanja gabah kering panen (GKP) dan Gabah Kering Giling total sebanyak 106 ribu ton tahun 2017 ini. Tetapi, gabah yang dibeli kwalitasnya harus sesuai standar mutu Pemerintah. Yaitu, untuk GKP kadar airnya sekitar 25 persen dengan harga Rp 3700 perkilogramnya. Sedangkan GKG kadar airnya minimal 14 persen dengan harga Rp 4600 perkilogramnya.
Gabah di tingkat petani, sebagian besar masih tersimpan di lumbung-lumbung rumah. Gabah tersebut, sebagian besar adalah, hasil panen bulan Maret-April dan Mei 2017. Petani sebagian besar masih menyimpan hasil panennya dan kemungkinan akan dijual pada awal Ramadan. Selain itu, pada bulan Juni-Juli ini, depan juga telah memasuki ajaran baru bagi anak-anak yang memasuki sekolah.”Ya, jual gabah untuk anak masuk sekolah,” ujar H Cholis, petani asal Dander, Bojonegoro pada Tempo, Minggu 7 Mei 2017. Dia berharap, harga gabah tahun ini, tetap stabil.
SUJATMIKO