TEMPO.CO, Jakarta - Kondisi anak-anak pedalaman di pesisir laut yang buruk, membuat Polisi Laut dan Udara Polda Kalimantan Tengah mmendirikan sejenis perpustakaan yang mereka namakan rumah baca melek huruf.
Pada tahap awal didirikan 11 rumah baca melek huruf yang tersebar di 11 markas unit (Marmit) Polairud di sejumlah kabupaten.
Baca : PU Gandeng Bank Dunia Permak Permukiman Kumuh
Direktur Polairud Polda Kalteng Kombes Pol Badarudin, saat melihat Rumah baca Melek Huruf di Desa Samuda Kecamatan Mentaya Hilir, Kabupaten Kotawaringin Timur, Rabu, 19 April 2017 mengatakan idenya itu saat melakukan patroli kepedalaman dan pesisir pantai. Dia lihat kegiatan anak-anak usai pulang sekolah hanya bermain di laut atau berenang di sungai.
Setelah itu, menurut mantan Dirpolairud Polda Kalbar ini, dia memerintahkan kepada anak buahnya ketika patroli untuk selalu membawa berbagi jenis buku bacaan yang ia mintakan dari sejumlah kalangan.
"Ternyata respon anak-anak luar biasa dan mereka sangat haus buku, bahkan orang tua minta kami rutin datang ketempat mereka," ujar Badarudin. Melihat animo warga pesisir yang tinggi ini akhirnya ia putuskan membangun rumah baca melek huruf yang lokasinya disatukan dengan markas unit Polairud.
Dibangun dekat markas bukan tanpa alasan. Memang tujuannya agar bisa memantau aktifitas anak-anak, selain itu Juga bisa disisipi memberikan arahan mengenai bahaya narkoba dan radikalisme.
Simak pula : Fadli Zon Sindik Jokowi: Baru Rezim Ini Gunakan Pasal Makar
"Tapi tujuan kami yang utama adalah kami ingin membangun jejaring (networking) dengan warga sehingga kedepannya bila sudah terbangun bisa meringankan tugas kami," kata dia.
Hingga saat ini Ditpolairud Polda Kalteng sudah membangun tiga rumah baca melek hurup di Kecamatan Kumai, Kabupaten Kotawatingin Barat, Kecamatan Samuda, Kabupaten Kotawaringin Timur dan Palingkau Lama, Kabupaten Kapuas
"Saat ini kami juga sedang membangun di tiga lokasi lain yakni Muara laut Kabupaten Katingan, Desa Jelai Sukamara dan Palangkaraya," tutur Badarudin. Kendala yang dihadapi dalam menjalankan aksi sosialnya ini yakni keterbatasan dana dan masih kurangnya koleksi buku-buku bacaan.
"Selama ini pembangunan rumah baca melek hurup ini merupakan swadaya kami sendiri. selain itu buku koleksi kita kurang beragam,"ujarnya.
KARANA WW
Lihat : quickcount.tempo.co