TEMPO.CO, Jakarta - Terdakwa kasus dugaan penodaan agama, Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok, menyebut Imam Besar Front Pembela Islam Rizieq Syihab sebagai seorang pembohong.
Baca juga: Ahok Ungkap Kenapa Sebut Al Maidah di Kepulauan Seribu
"Rizieq selalu mengkampanyekan seolah-olah tidak boleh punya gubernur nonmuslim. Makanya dia melantik gubernur muslim. Ini yang saya katakan kebohongan. Bagi saya Rizieq itu pembohong," kata Ahok dalam sidang yang diadakan di Auditorium Kementerian Pertanian, Jakarta Selatan, Selasa, 4 April 2017.
Ahok mengatakan, Rizieq selalu mengkampanyekan isi Surat Al-Maidah ayat 51, sehingga membuat masyarakat berpikir tidak boleh memiliki gubernur nonmuslim. Padahal, kata Ahok, Surat Al-Maidah tidak menyebutkan keharusan memilih gubernur muslim.
Surat Al-Maidah ayat 51 ditafsirkan sebagai berikut: Hai orang-orang beriman, jangan lah kamu mengambil orang-orang Yahudi dan Nasrani menjadi pemimpin-pemimpin (mu). Sebagian mereka adalah pemimpin yang bagi sebagian mereka yang lain. Barangsiapa di antara kamu mengambil mereka menjadi pemimpin, maka sesungguhnya orang itu termasuk golongan mereka. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang zalim.
Kata pemimpin dalam ayat itu pun menjadi perdebatan oleh sejumlah ahli agama Islam. Sebab, makna aulia memiliki multi tafsir. Ada yang menafsirkan aulia sebagai pemimpin, tapi juga bisa disebut sebagai teman setia.
Ahok mengaku tahu kalau semua ayat suci Al-Quran disampaikan oleh ulama. Namun, kata Ahok, yang menjadi persoalan bagi dia bukan mengenai terjemahan dari bahasa Arab ke bahasa Indonesia. Tetapi, ada orang yang menafsirkan ayat itu tidak sesuai dengan terjemahan resmi Departemen Agama.
Hal itu ia ketahui dari sebuah selebaran tentang Surat Al-Maidah ayat 51, saat menjalani pemilihan kepala daerah Bangka Belitung 2007. Dalam selebaran itu, Ahok mengungkapkan, disebutkan bahwa dilarang mengangkat pemimpin, gubernur, bupati, kepala desa, dan kepala keluarga dari orang beragama lain. "Ini terjemahan yang membohongi. Karena kalau memilih salah, maka kita sudah dianggap Allah SWT sudah tidak beragama Islam yaitu disebut murtad," ujar Ahok.
Selain itu, Ahok menambahkan, selebaran juga menyebutkan bahwa umat Islam harus melihat kekuasaan Allah SWT pada tragedi tsunami di Aceh. "'Kalau Allah sudah murka tidak ada yang bisa mencegahnya'. Ini yang saya maksud. Dibohongi Surat Al-Maidah adalah terjemahan ini. Macam-macam yang tsunami," katanya.
Baca juga: Sidang Ahok, Ahli Bahasa: Fokusnya Bukan pada Al-Maidah, tapi...
Karena itu, Ahok menganggap dirinya difitnah atas ucapannya di Kepulauan Seribu. Sebab, ia merasa tidak pernah menyinggung, menafsirkan, dan mendebat soal ayat tersebut. "Yang saya bicara bohong itu, tidak benar pakai Al-Maidah 51 tidak boleh pilih gubernur. Dalam ayat itu tidak pernah disebutkan bukan milih bupati," ucapnya.
FRISKI RIANA