TEMPO.CO, Semarang – Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Stasiun Pemantauan Semarang menyatakan equinox yang akan terjadi pada 21 Maret 2017 justru bagus untuk sektor pertanian saat ini, khususnya tanaman palawija. Fenomena equinox adalah gejala astronomi ketika matahari melintasi tepat garis khatulistiwa.
“Justru baik bagi tanaman yang memerlukan sinar matahari,” kata prakirawan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Stasiun Pemantauan Semarang, Edy Susanto, saat ditemui di kantornya, Senin 20 Maret 2017.
Baca: Fenomena Equinox, BMKG: Tak Ada Peningkatan Suhu Ekstrem
Edy menyebutkan, equinox tak akan berpengaruh negatif di Pulau Jawa, khususnya Jawa Tengah. Dia beralasan suhu yang ada akibat fenomena astronomi itu tak mampu menaikkan suhu udara hingga 40 derajat Celsius.
“Jawa aman, suhu udara yang ditimbulkan akibat fenomena alam ini antara 32–36 derajat Celsius,” kata Edy.
Baca: Heboh Fenomena Equinox, Ini Imbauan BMKG
Menurut Edy, equinox akan baik bagi kondisi alam di Jawa, yang saat ini memasuki pancaroba setelah mengalami La Nina yang terjadi hingga 2016. Hal ini akan berpengaruh pada asupan sinar matahari tanaman yang saat ini kondisi tanahnya masih banyak menyimpan kandungan air seusai musim hujan dalam intensitas waktu yang lama.
BMKG stasiun pemantauan Semarang mengimbau masyarakat agar tak panik menghadapi gejala astronomi yang secara periodik berlangsung dua kali dalam setahun itu. Edy menyebutkan, equinox akan muncul setiap 21 Maret dan 23 September setiap tahun.
Edy mengatakan, Maret merupakan kondisi alam pertanian yang dinilai baik karena pada April hingga pertengahan Mei memasuki pancaroba. “Dan baru musim kemarau pada akhir Mei,” katanya.
EDI FAISOL