TEMPO.CO, Jakarta - Direktur Jenderal Pemasyarakatan, I Wayan K. Dusak mengatakan bahwa prestasi kerja lembaga yang dipimpinnya sudah sangat baik. "Prestasi kita sudah setinggi langit. Ada rekor MURI dan sudah berapa orang (binaan) jadi baik-baik," kata Wayan bersama Kelompok Kerja Sinergi Stop Stigma dalam Focus Group Discussion (FGD) di kantor Direktorat Jenderal Pemasyarakatan Kemenkumham, Jakarta, Kamis, 9 Februari 2017.
Wayan menyampaikan hal itu sehubungan dengan pemberitaan Tempo tentang penghuni penjara khusus koruptor, Sukamiskin, Bandung, yang kerap pelesir ke luar penjara. Di antaranya bekas Walikota Palembang Romi Herton dan koruptor pengadaan sistem komunikasi radio terpadu Kementerian Kehutanan, Anggoro Widjojo. Juga penjara yang menjadi tempat peredaran narkoba. Pemberitaan itu, menurut Wayan merusak citra lembaganya yang sudah sangat baik. "Itulah yang disebut nila setitik rusak susu sebelanga."
Baca:
Napi Korupsi Bebas Pelesiran (1): Bertemu Istri Muda
Napi Korupsi Bebas Pelesiran (2), Ada Iming-iming ...
Napi Korupsi Bebas Pelesiran (3), Diantar Pajero Hitam
Diskusi itu membicarakan tentang "Akhiri Stigma bagi Narapidana di Lapas" serta "Pembinaan dan Pendidikan di Lembaga Pembinaan Khusus Anak Menghindari Anak dari Stigmatisasi serta Keberadaan Lapas Perempuan (LPP) dalam Penghargaan Gender." Wayan adalah salah satu pembicaranya. Dia menjelaskan pemasyarakatan adalah sistem pembinaan narapidana. Dulunya disebut penjara. Sejak 1983, kata dia, Ditjen Pemasyarakatan tidak hanya mengurusi narapidana tetapi juga tahanan dan barang bukti.
Baca juga:
Napi Korupsi Bebas Pelesiran (4), Ini Alasan Mereka
Buntut Napi Sukamiskin Pelesiran, Menteri Yasonna ...
Menurut Wayan, makin hari makin banyak penghuni lembaga pemasyarakatan sehingga perlu penanganan secara komprehensif. Para peserta yang hadir di antaranya para anggota Forum Sinergi Stop Stigma. Ada pula para kepala lembaga pemasyarakatan se-Jakarta.
REZKI ALVIONITASARI