TEMPO.CO, Jakarta - Koordinator Komite Pemantauan Pelaksanaan Otonomi Daerah, Robert Endi Jaweng, mengatakan sikap masyarakat bisa menentukan keberlangsungan dinasti politik di Indonesia. Masyarakat merupakan tumpuan untuk memutus kekuasaan dinasti.
Endi mengatakan ada dua sikap yang membuat dinasti politik terus berkembang. "Sikap pragmatis dan mengidolakan sosok seseorang merupakan penyakit masyarakat yang melanggengkan dinasti politik," kata Endi di Gado-Gado Boplo, Jakarta, Sabtu, 7 Januari 2017.
Baca juga:
3 Jenis Dinasti Politik RI, Model Arisan hingga Lintas Kamar
Dinasti Politik Ancam Kemajuan Daerah
Endi mengatakan masyarakat cenderung mudah tergoda dengan rayuan uang sehingga menimbulkan sikap pragmatis. Sebagian masyarakat mengidolakan pemimpin berlebihan hingga walaupun sosok tersebut korupsi, mereka akan tetap memilih dia.
Sebagai pemilik suara, masyarakat perlu memilih berdasarkan kompetensi, program yang ditawarkan, serta latar belakang kandidat. Endi menilai perlu ada pendidikan agar masyarakat mampu mengambil keputusan secara rasional.
Endi mengatakan partai politik juga bisa menjadi tumpuan untuk memutus dinasti politik dengan reformasi partai. "Tapi saya ragu itu bisa terjadi," kata Endi. Pasalnya praktik dinasti terjadi di dalam tubuh partai sendiri.
Jika partai tak bisa jadi tumpuan, Endi berharap kader partai tidak membawa budaya dinasti ke luar. Para kader yang menerapkan dinasti dalam pemerintahan, menurut dia, akan merusak sistem. "Baik sistem demokrasi, tata kelola, hingga keuangan," kata Endi.
VINDRY FLORENTIN