INFO JABAR - Jabar Fashion & Craft yang digelar pada 30 November–4 Desember 2016 di Graha Siliwangi, Bandung, menjadi ajang kreasi usaha kecil dan menengah (UKM) untuk memamerkan produk unggulannya. Sebanyak 76 tenant dari UKM menjadi peserta pameran ini.
Misalnya, kerajinan kulit Garut yang sudah tak asing dengan produk fashion, seperti jaket, tas, gesper, hingga dompet. Rizki, penjaga stan produk fashion kulit dari Sukaregang, Garut, mengatakan produk kulit Garut memiliki kekhasan dari segi pencetakan kulitnya.
“Model tiap pabrik di Sukaregang memang beda-beda. Produk kulitnya sih sama dari kulit domba, yang berbeda adalah proses pembuatan bahan kulitnya,” katanya saat ditemui di Graha Manggala Siliwangi, Jumat, 2 Desember 2016.
Perajin kulit dari Garut juga selalu mengikuti tren dalam membuat produknya. Misalnya, jaket kulit saat ini sedang ngetren motif gradasi, yang dibuat adalah motif gradasi. Begitu soal warna, ketika yang ngetren adalah warna merah marun, yang dibuat pun warna merah marun. “Kalo jaket itu kita ngeliat apa yang lagi tren di pasar aja,” kata Rizki menambahkan.
Bahan kulit dari Garut ini, tak hanya dijadikan produk fashion atau kerajinan tapi juga camilan. Garut punya dorokdok, sejenis kerupuk kulit yang berasal dari kulit domba. Rasa dorokdok yang gurih, asin, dan renyah ini, selain dimakan sebagai cemilan, bisa dimakan dengan bakso, soto, atau teman makan nasi.
Produk lain yang unik di pameran itu adalah tas bordir dan anyaman asal Tasikmalaya. Nia merupakan pengusaha muda asal Tasikmalaya yang menekui bisnis tas bordir dan anyaman sejak kuliah pada 2013. “Awalnya saya ngeliat di lingkungan saya itu banyak ibu-ibu yang potensial. Mereka jago menganyam dan berkreasi tapi produk itu harus dikembangkan ke produk-produk lain, seperti tas, misalnya, ” katanya.
Nia menyadari Tasikmalaya memiliki kekhasan kerajinan bordirnya. Bordirnya sangat bagus dan banyak diminati. Meski perkembangan teknologi melalui proses komputerisasi dalam pembuatan bordir, tapi Nia tetap mempertahankan kekhasan bordir manual. “Bordir yang dikerjakan secara manual lebih detail dan rapi. Saya juga terus mengembangkan motif-motif bordir baru, agar bordir ini tak hanya diminati ibu-ibu, tapi anak muda,” katanya.
Yang tak kalah menarik adalah stan kerajinan tangan dari tanduk. Tanduk yang dipakai dalam kerajinan ini bisa tanduk kerbau atau sapi. Tanduk ini kemudian dibuat sisir, pipa rokok, pajangan, alat garuk, dan lain-lain. “Bagusnya pakai tanduk itu awet. Beda kalau plastik kan ada unsur kimiawinya,” kata Hamdan, perwakilan dari Dekranasda Sukabumi. Menurut dia, kerajinan tanduk ini berasal dari Sukabumi.
Produk kerajinan lainnya yang dipamerkan oleh perajin Sukabumi, yakni batu kristal, batu bacak kecubung, batu jasper, batok kelapa, kayu-kayu, akar, dan kujang. Produk lain yang menjadi unggulan Sukabumi yakni pipa PVC (polyvinyl chloride) bakar. Pipa PVC bekas kemudian di-furnish menjadi sebuah karya menakjubkan seperti kap lampu, tempat tisu, dan benda berguna lainnya. “Pralon bakar cuma ada satu-satunya di Sukabumi. Bahkan di belahan Indonesia lain enggak ada. Makanya sekarang lagi proses ngurusin hak cipta,” ujar Hamdan.