TEMPO.CO, Jakarta - Calon Wakil Gubernur DKI Jakarta, Djarot Saiful Hidayat, membandingkan kasus dugaan penistaan agama yang dituduhkan kepada pasangannya, Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok, dengan kasus penggandaan uang oleh Dimas Kanjeng Taat Pribadi.
"Kadang-kadang ketawa sendiri. Kemarin ada yang heboh bisa menggandakan duit. Sekarang kita hubungkan, ini penistaan agama?" tanya Djarot kepada Ketua Bidang Komunikasi dan Informasi Partai Persatuan Pembangunan Ahmad Gozali Harahap, di posko pemenangan Ahok-Djarot, di Jalan Lembang, Jakarta Pusat, Kamis, 1 Desember 2016.
Ahmad, yang berada di samping Djarot, langsung membenarkan bahwa perbuatan menggandakan uang, dengan memanfaatkan kepercayaan agama, termasuk kategori penistaan agama. Djarot menuturkan, dia sampai geleng-geleng kepala lantaran tidak ada satu pun yang marah. Apalagi kasus yang menjerat Taat itu juga melibatkan salah satu tokoh Majelis Ulama Indonesia, Marwah Daud.
"Ini penistaan agama enggak? Itu konkret. Jelas, ya? Geleng-geleng aku. Kok itu pun kita enggak marah. Mboten nopo-nopo," ujar Djarot.
Sama seperti kasus Ahok, dia menuturkan, masyarakat sebaiknya menyerahkan proses hukum supaya terlihat ada atau tidaknya niat calon gubernur nomor urut dua itu menistakan agama. Djarot juga meminta para pendukung untuk sabar dan turut mendoakan Ahok di rumahnya masing-masing. Sebab, kata dia, Tuhan tidak tidur dan melihat segalanya.
"Mari buat hati kita, perasaan ini luas. Seluas samudra. Dihujat, dinista, dikafirkan, enggak apa-apa. Kami terima semua. Kami olah semua di hati dengan nawaitu yang baik, jiwa yang ikhlas. Sama seperti lautan menerima limbah, tidak pernah protes dan mengeluh," tutur Djarot.
FRISKI RIANA