Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Tiga Sungai di Subang Alami Sedimentasi dan Pencemaran Parah  

image-gnews
Sejumlah pencinta alam dari Forum Komunikasi Pecinta Alam (FKPA) Kabupaten Bandung menyusuri Sungai Citarum pada Ekspedisi Citarum 20-0 KM dalam rangka menyambut HUT Kemerdekaan RI ke-71 di Desa Sukamaju, Kecamatan Majalaya, Kabupaten Bandung, Jawa Barat, 15 Agustus 2016. Kegiatan ini diakhiri dengan pembentangan 1.000 meter bendera merah putih di Situ Cisanti pada 17 Agustus 2016. TEMPO/Aditya Herlambang Putra
Sejumlah pencinta alam dari Forum Komunikasi Pecinta Alam (FKPA) Kabupaten Bandung menyusuri Sungai Citarum pada Ekspedisi Citarum 20-0 KM dalam rangka menyambut HUT Kemerdekaan RI ke-71 di Desa Sukamaju, Kecamatan Majalaya, Kabupaten Bandung, Jawa Barat, 15 Agustus 2016. Kegiatan ini diakhiri dengan pembentangan 1.000 meter bendera merah putih di Situ Cisanti pada 17 Agustus 2016. TEMPO/Aditya Herlambang Putra
Iklan

TEMPO.CO, Subang – Tiga daerah aliran sungai (DAS) yang berada di wilayah Subang, Jawa Barat, yakni Cilamaya, Ciasem, dan Cipunagara, mengalami sedimentasi dan pencemaran parah. “Pemantiknya penebangan pohon, eksplorasi galian C, serta limbah domestik dan industri,” kata Ketua Komite DAS dan Lingkungan Hidup Subang, Hendi Sukmayadi, saat dihubungi Tempo, Kamis, 17 November 2016.

Dari tiga DAS tersebut, kata Hendi, Cilamaya dinilai paling kritis. Pada musim hujan seperti sekarang ini, ujarnya, kondisinya makin parah. Sebab, kemampuan Sungai Cilamaya dalam menampung volume air berkurang. Kondisi itu diperparah oleh bau busuk akibat limbah B3 dari sejumlah pabrik yang dibuang ke sungai. “Akibatnya, ancaman banjir pun setiap saat terjadi kepada para penduduk yang tinggal di sepanjang bantaran sungai tersebut.”

Pada musim kemarau, aliran air sungai di tapal batas Purwakarta, Subang, dan Karawang itu berubah menjadi hitam pekat dengan bau menyengat. Hendi mendesak semua pihak yang bertanggung jawab agar segera merekonstruksi Sungai Cilamaya dari kerusakan yang lebih parah. Adapun DAS Ciasem dan Cipunagara, kata dia, tidak separah Cilamaya karena pengaruh limbah domestik dan industri relatif masih ringan.

Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Subang Komir Bastaman tak menampik ihwal rusaknya tiga DAS itu. Menurut dia, kerusakan parah harus segera dicegah agar tidak berdampak lebih buruk buat lingkungan sekitar sungai. “Harus ada keterlibatan semua pihak, tak bisa sebagian-sebagian. Rekonstruksinya pun harus menyeluruh,” tuturnya.

Pelaksana tugas Bupati Subang, Imas Aryumningsih, mengajak masyarakat di sepanjang tiga DAS tersebut ikut berperan menyelamatkan kondisi sungai dari kerusakan. Caranya, bisa dengan membentuk komunitas penyelamat sungai yang getol melakukan tindakan aktif dan sosialisasi kepada masyarakat.

”Cara yang sederhana, misalnya, dengan tidak membabat hutan di sekitar DAS mulai dari hulu hingga hilir, tidak melakukan eksplorasi galian C, dan membuang sampah ke sungai,” tutur Imas.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Kepala Bidang Konservasi Sumber Daya Alam dan Mitigasi Badan Lingkungan Hidup Provinsi Jawa Barat Dewi Nurhayati mengatakan punya alternatif solusi buat merekonstruksi kondisi DAS Cilamaya, Cipunagara, dan Ciasem di Subang yang termasuk ke dalam DAS Citarum.

Menurut Dewi, sejumlah upaya penanganan Sungai Citarum dan sungai-sungai yang berada dalam DAS Citarum, antara lain, adalah pengembangan desa berbudaya lingkungan Citarum bersih dan sehat, serta membentuk satuan tugas pengendalian terpadu dan pengendalian pencemaran limbah industri. Hanya, hasilnya belum memperlihatkan tren yang positif.

Sesuai dengan hasil pemantauannya, kata Dewi, sebagian sungai masih masuk kategori merah karena tercemar berat. “Padahal harapannya setiap sungai bisa memenuhi standar baku mutu air,” ucapnya.

NANANG SUTISNA


Iklan

Berita Selanjutnya



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan

Banjir Dasyat Setinggi Leher Terjang Guangdong Cina, 11 Orang Hilang

4 hari lalu

Orang-orang berdiri di jalan yang banjir saat badai membawa hujan dan hujan es ke Nanchang, provinsi Jiangxi, Cina 2 April 2024. Reuters
Banjir Dasyat Setinggi Leher Terjang Guangdong Cina, 11 Orang Hilang

Sebelas orang hilang di Guangdong akibat banjir dasyat di provinsi selatan Cina itu pada Senin 22 April 2024


Kali Kamal Meluap, Ruas Tol Sedyatmo Masih Terendam

35 hari lalu

Kondisi Ruas Tol Sedyatmo  KM 27  arah Bandara Seoekarno-Hatta, masih tergenang air luapan Kali Angke, Jumat  22 Maret 2024.FOTO: dokumen  Jasa Marga
Kali Kamal Meluap, Ruas Tol Sedyatmo Masih Terendam

Ruas Tol Sedyatmo KM 27 terpantau hingga Jumat 22 Maret 2024 pukul 18.00 WIB masih terendam air luapan Kali Kamal.


Mentan Galakkan Pompanisasi 500 Ribu Hektare di Jawa, Siapkan Anggaran Rp 5,8 Triliun

38 hari lalu

Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman.
Mentan Galakkan Pompanisasi 500 Ribu Hektare di Jawa, Siapkan Anggaran Rp 5,8 Triliun

Menteri Pertanian (Mentan) Andi Amran Sulaiman bakal melakukan pompanisasi pada 500 ribu hektare lahan tadah hujan di Pulau Jawa.


500 Ribu Meter Kubik Material Erupsi Gunung Marapi Ancam Warga hingga 7 Kilometer

23 Januari 2024

Gunung Marapi mengalami erupsi pada Jumat, 19 Januari 2024, pada 10.14 WIB dengan ketinggian abu vulkanik mencapai 500 meter. (Antara/HO-Dokumen Pribadi)
500 Ribu Meter Kubik Material Erupsi Gunung Marapi Ancam Warga hingga 7 Kilometer

Jika terjadi banjir lahar hujan, katanya, tumpukan material vulkanik Gunung Marapi tersebut dapat menjangkau hingga area tujuh kilometer.


BRI Peduli Ajak Masyarakat Jaga Ekosistem Sungai

1 Januari 2024

BRI Peduli Ajak Masyarakat Jaga Ekosistem Sungai

BRI berupaya mendorong perbaikan dan revitalisasi sungai di sejumlah wilayah di Indonesia, terutama yang tingkat pencemaran airnya sangat tinggi terutama akibat sampah yang menumpuk.


Makassar, Kota Sehat yang Diarenya Meningkat

31 Desember 2023

Kanal di Kelurahan Mariso, Kecamatan Mariso, tempat masyarakat membuang kotorannya, Rabu 13 Desember 2023. Foto: Didit Hariyadi
Makassar, Kota Sehat yang Diarenya Meningkat

Jamban itu digunakan oleh lima orang. Mereka berdomisili di Kelurahan Banta-bantaeng, Kecamatan Rappocini, Kota Makassar.


Terdampak Erupsi Gunung Marapi, Ini Kondisi Terkini Hulu Sungai di Sekitarnya

18 Desember 2023

Gunung Marapi mengeluarkan abu vulkanik, terlihat dari Kota Bukittinggi, Sumatera Barat, Jumat, 8 Desember 2023. Data Pos Pengamatan Gunung Api (PGA) Marapi pada Jumat hingga pukul 08.00 WIB, telah terjadi letusan sebanyak lima kali dan hembusan 13 kali, dengan intensitas jumlah letusan menurun dibandingkan beberapa hari sebelumnya.  ANTARA FOTO/Iggoy el Fitra
Terdampak Erupsi Gunung Marapi, Ini Kondisi Terkini Hulu Sungai di Sekitarnya

Erupsi Gunung Marapi membuat sejumlah sungai terpapar abu vulkanik, guguran lava, awan panas, dan banjir bandang. Ini kondisi terkini.


BRIN Melakukan Penelitian Jalur Migrasi Ikan, Ada Tangga Iwak di Bendungan

8 Desember 2023

Foto udara Bendungan Sadawarna di Desa Tanjung, Kecamatan Surian, Sumedang, Jawa Barat, 3 Januari 2023. Bendungan Sadawarna juga berfungsi sebagai salah satu pengendali banjir yang kerap kali terjadi di kawasan Kabupaten Subang. TEMPO/Prima Mulia
BRIN Melakukan Penelitian Jalur Migrasi Ikan, Ada Tangga Iwak di Bendungan

BRIN melakukan penelitian jalur migrasi ikan atau fishway untuk pengelolaan sumber daya perairan sungai yang berkelanjutan di Indonesia.


Busa Limbah Penuhi Kali Baru Depok, Ini Dugaan Sementara Penyebabnya

28 November 2023

Warga melihat busa yang menutupi aliran Curug Kali Baru di RT004/01 Kelurahan Tugu, Cimanggis, Depok, Senin 27 November 2023. TEMPO/Ricky Juliansyah
Busa Limbah Penuhi Kali Baru Depok, Ini Dugaan Sementara Penyebabnya

Pemkot Depok sedang menelusuri munculnya busa yang menutupi areal Curug Kali Baru, Cimanggis


Pesona Kali Biru, Sepotong Surga di Tanah Raja Ampat Papua Barat

11 November 2023

Wisatawan domestik saat menikmati keindahan alam Kali Biru Raja Ampat, Sabtu (2/10). (Antara/ Ernes Broning Kakisina)
Pesona Kali Biru, Sepotong Surga di Tanah Raja Ampat Papua Barat

Disebut Kali Biru karena sungai di tanah Raja Ampat ini memiliki air jernih yang memancarkan warna biru dari dasarnya.