TEMPO.CO, Yogyakarta - Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta Sri Sultan Hamengku Buwono X mengatakan dialog tidak harus dimaknai kompromi iman. Hal ini dikatakan Sri Sultan dalam pembukaan MIKTA Interfaith and Intercultural Dialog di Royal Ambarrukmo Yogyakarta yang berlangsung Selasa, 18 Oktober 2016.
Negara yang tergabung adalah MIKTA yaitu Meksiko, Indonesia, Korea Selatan, Turki dan Australia ini melakukan dialog pertama kali diharapkan bisa membawa pesan damai ke seluruh dunia.
Sri Sultan menegaskan untuk mewujudkan empati antar umat beragama maka iman seseorang harus kuat dulu supaya dapat melalui dialog antar lintas agama tanpa prasangka. "Dalam dialog, kata dia, tabir dan benteng perbedaan mesti diubah menjadi jembatan saling menghormati dan memahami," kata Sultan.
Ia menyontohkan Bung Karno menengahi konflik ideologi antara tokoh Budi Utomo dan Syarikat Islam. Konflik itu dipicu oleh tulisan di majalah Jawi Iswara yang dinilai mengatakan agama.
"Beliau mengalihkan isu penistaan agama menjadi cita-cita kemerdekaan yang tak akan tercapai kalau terpecah belah. Setiap perbedaan bahkan konflikpun solusinya dialog yang tulus bukan sikap yang sangar dengan mengusung pedang," kata Sultan.
"Perbedaan tidak harus dikompromikan, hanya perlu diberi bingkai toleransi," kata dia.
MUH SYAIFULLAH