TEMPO.CO, Jakarta - Nurman Diah terdiam. Bibirnya bergetar tapi tak ada kata keluar. Air matanya jatuh perlahan.
Lama dia menerawang sebelum akhirnya bicara. "Ibu ingin pesta 100 tahun," kata Nurman tersenyum sambil meneteskan air mata di rumah duka ibunya, wartawan senior Siti Latifah Herawati Diah, Jakarta, Jumat, 30 September 2016.
Herawati Diah mengembuskan napas terakhirnya pada usia 99 tahun, Jumat, 30 September 2016, pukul 04.15. Keinginannya berpesta pupus akibat sakit yang dideritanya.
Menurut Nurman, Herawati mulai sakit sekitar sebulan lalu. Pembuluh darah di kaki Herawati tersumbat. Nyeri membuatnya harus dilarikan Rumah Sakit Medistra, Jakarta. Namun obat yang dikonsumsi Herawati diduga terlalu keras sehingga melukai lambung dan membuatnya muntah-muntah.
Ketika ditangani di ICU, diketahui bahwa Herawati juga mengidap paru-paru basah. Setelah cairan dari paru Herawati dikeluarkan dan lambungnya diobati, kondisi Herawati mulai membaik.
Nurman mengatakan saat itu ibunya mulai meminta pulang. "Enggak betah di rumah sakit," ujarnya menirukan ucapan sang ibu. Herawati ingin kembali ke rumah dan menunggu pesta ulang tahunnya yang ke-100 datang pada 3 April 2017.
Namun, tak lama, kondisi kesehatan Herawati kembali turun. Kedua paru-parunya terendam air hingga harus dioperasi. "Setelah operasi, ibu sudah tidak merespons," tutur Nurman.
Herawati pun dinyatakan tutup usia. Ia dibawa ke rumah duka di Patra Kuningan IX Nomor 10, Jakarta Selatan, untuk disalatkan. Seusai salat Jumat, jenazah Herawati akan dibawa ke Taman Makam Pahlawan, Kalibata, untuk disemayamkan.
Herawati Diah merupakan wartawan senior kelahiran Belitung, 3 April 1917. Ia merupakan istri dari B.M. Diah, tokoh pers dan juga mantan Menteri Penerangan.
Herawati merupakan lulusan Europeessche Lagere School (ELS) di Salemba. Pada 1941, Herawati terbang ke Amerika untuk sekolah di Barnard College, Columbia University. "Waktu itu ibu berangkat pakai paspor Belanda," kata Nurman.
Kembali ke Indonesia, Herawati sempat bergabung dengan United Press International (UPI). Bersama B.M. Diah, Herawati kemudian mendirikan Harian Merdeka dan The Indonesian Observer.
VINDRY FLORENTIN